Abdimas: Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka Malang (Jul 2019)
IMPLEMENTASI MESIN SANGRAI KOPI PADA UKM KOPI BUBUK “BIAS KAHYANGAN” DI DESA ARJOWINANGUN – KOTA MALANG
Abstract
Budaya minum kopi atau ngopi sudah lama dipercaya masyarakat dan terbukti bermanfaat meningkatkan kesehatan dan kesegaran bagi tubuh. Oleh karena itu kebutuhan konsumen pada kopi bubuk di kota Malang cukup besar sehingga banyak sekali produsen kopi bubuk bermunculan mulai dari perusahaan besar sampai home industri. UKM Kopi bubuk merek “Bias Kahyangan” adalah usaha dagang kopi bubuk murni yang berlokasi di desa Arjowinangun Kota Malang. Dalam kegiatan produksinya, proses sangrai kopi masih dilakukan oleh pihak ketiga (outsourching) yang berlokasi di kecamatan Dampit kabupaten Malang yang berjarak sekitar 25 km dari lokasi UKM. Hal ini menyebabkan harga pengadaan kopi sangrai relatif mahal sehingga berakibat menurunkan keuntungan UKM dan kadang juga mengalami keterlambatan dalam memenuhi kebutuhan konsumennya. Untuk menyelesaikan persoalan ini, UKM membutuhkan mesin sangrai kopi yang siap dioperasionalkan dengan kapasitas produksi yang sesuai dengan kebutuhan UKM. Langkah-langkah pengadaan mesin sangrai kopi adalah sebagai berikut : (1) Pembuatan Desain Mesin Sangrai Kopi skala UKM (Biaya pembuatan dan kapasitas produksi sesuai dengan kondisi di UKM), (2) pembuatan mesin sangrai di bengkel teknik, (3) uji coba mesin sangrai dalam menghasilkan kopi sangrai yang berkualitas, (4) pendampingan produksi kopi sangrai dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk dapat menghasilkan kopi bubuk yang berkualitas dibutuhkan kopi sangrai yang berkualitas yaitu matang sampai kedalam, tidak gosong dan harum baunya. Sedangkan untuk menghasilkan kopi sangrai yang berkualitas dibutuhkan biji kopi yang berkualitas dan proses sangrai yang terkendali. Biji kopi yang berkualitas adalah biji kopi yang sudah benar-benar kering dan rasanya tidak langu (rasa tidak sedap). Sedangkan proses sangrai yang terkendali dapat dilakukan dengan baik melalui implementasi mesin sangrai kopi yang telah selesai dibuat di UKM. Dengan penerapan mesin sangrai kopi untuk memproduksi kopi sangrai secara mandiri di UKM, maka biaya pengadaan kopi sangrai untuk volume yang sama menjadi berkurang bila dibandingkan dengan biaya outsourching. Sebelumnya untuk pengadaan kopi sangrai membutuhkan biaya Rp. 45.000,- per kg, setelah melakukan proses sangrai secara mandiri hanya membutuhkan biaya ± Rp. 40.000,- per kg. Volume produksi mesin sangrai kopi yang dihasilkan adalah ± 10 kg setiap kali proses sangrai dengan lama proses ± 70 menit. Sehingga dengan implementasi mesin sangrai kopi memungkinkan untuk meningkatkan omset penjualan kopi bubuk dari sebelumnya 15 kg per hari menjadi 60 kg per hari. Saat ini UKM telah berhasil meningkatkan omset penjualan kopi bubuk dari 15 kg per hari menjadi 30 kg per hari. Keuntungan bersih yang didapat UKM meningkat dari Rp. 65.000,- per hari menjadi Rp. 200.000,- per hari. DOI: https://doi.org/10.26905/abdimas.v4i1.3231
Keywords