Sari Pediatri (Dec 2016)
Konstipasi dan Faktor Risikonya pada Sindrom Down
Abstract
Konstipasi adalah keterlambatan atau kesulitan buang air besar yang terjadi 1 sampai 2 kali per minggu atau lebih dari 3 hari secara berturut-turut. Angka kejadian konstipasi pada anak bervariasi antara 2-20%, pada umumnya merupakan suatu gejala dari penyakit. Kegagalan dalam proses defekasi merupakan penyebab utama dari konstipasi dan hipotoni merupakan salah satu keadaan yang mengakibatkan terjadinya konstipasi tersebut. Sindrom Down merupakan kelainan kromosom yang dapat mengakibatkan terjadinya hipotoni pada seluruh sistem muskuloskeletal termasuk pada saluran cerna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase sindrom Down yang menderita konstipasi dan hubungan dengan faktor risikonya. Diagnosis sindrom Down ditegakkan berdasarkan pemeriksaan genetik di rumah sakit Hasan Sadikin, dibagi dalam tipe aberasi penuh dan tipe mosaik. Pada subyek diberikan kuesioner terstruktur yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan konstipasi dan faktor risikonya, 50 kuesioner kembali ke peneliti. Subyek berusia 3 - 10 tahun ( 27 wanita dan 23 pria), konstipasi ditemukan pada 32%. Aberasi penuh lebih banyak yang menderita konstipasi (35%) dibanding dengan mosaik (25%). Encopresis ditemukan pada 30% pasien sedangkan soiling pada 26% pasien. Baik encopresis maupun soiling lebih banyak ditemukan pada tipe mosaik ( 58,5%; 38%) dibanding aberasi penuh ( 26,7% ; 25%). Nyeri perut dan nyeri saat buang air besar berhubungan dengan kejadian konstipasi (r:0,5, p:0,002 ; r:0,56, p:0,002). Aktifitas berlebihan dan soiling berhubungan dengan kejadian encopresis (r: 0.49, p:0,001; r:0,44, p:0,005). Gangguan saluran kemih dan pemakaian obat obatan berhubungan dengan kejadian soiling (r: 0,38, p: 0,02; r:0,32, p:0,04). Kesimpulan, hampir setengah dari sindrom Down mengalami konstipasi, encopresis dan soiling; sedangkan tidak jelas faktor risiko mempengaruhi terjadinya konstipasi pada anak sindrom Down.
Keywords