e-Jurnal Medika Udayana (May 2015)
PSIKOTIK NON-ORGANIK PADA PASIEN DENGAN TULI KONDUKSI: SEBUAH LAPORAN KASUS
Abstract
Gangguan psikotik non-organik ditegakkan berdasarkan anamnesis yang cermat denganmelakukan wawancara yang baik. Pada pasien dengan gangguan pendengarankhususnya tuli konduksi maka perlu berbagai pertimbangan dalam menegakkandiagnosis. Pentingnya hubungan pasien dan dokter yang baik dan kesamaan dalampemahaman bahasa serta waktu untuk melakukan observasi lebih ditekankan. Diagnosistuli konduksi ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik denganditemukannya ruptur gendering telinga pada pasien. Dilakukan pula tes bisik dan tesgarputala. Pada penatalaksanaan penting untuk melakukan penatalaksanaan psikotikdengan pemberian obat antipsikotik pada pasien berupa Chlorpromazine 1 x 50 mg P.O(malam), Stelazine 2 x 5 mg P.O (pagi-malam), untuk menekan efek ekstrapiramidaldiberikan Trihexyphenidyl 2 x 2 mg P.O (malam), diberikan pula psikoterapi namundengan cara yang lebih mungkin pada pasien dengan tuli konduksi, KIE suportif pasiendan keluarga. Penanganan tuli konduksi sendiri dapat dialakukan timpanoplasti.