Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia (Apr 2021)
Evaluasi Konversi Sputum dan Faktor Korelasinya pada Pasien Tuberkulosis Paru Kategori I dengan Diabetes Melitus
Abstract
Pendahuluan: Prevalensi tuberkulosis (TB) paru meningkat seiring dengan meningkatnya populasi pasien diabetes melitus (DM). Pasien DM lebih berisiko untuk terkena penyakit TB. Diduga pada pasien TB dengan DM, tingkat kegagalan konversi sputum lebih besar dibandingkan dengan pasien TB tanpa DM. Konversi sputum merupakan indikator penting untuk mengevaluasi keberhasilan terapi TB. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan konversi sputum selama pengobatan 6 bulan dengan obat antituberkulosis (OAT) serta faktor-faktor yang berkorelasi dengan konversi sputum. Metode: Penelitian ini ialah studi observasional analitik dengan desain cohort retrospektif menggunakan lembar catatan pengobatan pasien TB kategori I dengan DM BTA awal positif pada tahun 2017 hingga 2020. Data dikumpulkan mulai November 2019 hingga Februari 2020 di beberapa Puskesmas di Surabaya. Hasil: Didapatkan 60 pasien TB kategori I yang memenuhi kriteria inklusi. Setelah pemberian OAT selama 6 bulan, terjadi konversi sputum atau conversion rate di akhir fase lanjutan sebesar 96,6%. Sebesar 53% pasien masuk dalam kategori BMI normal dan 37% pasien dengan BTA awal positif 1 (+1). Body mass index (BMI) dan tingkat kepositifan BTA awal merupakan faktor signifikan yang berhubungan dengan konversi sputum di akhir fase lanjutan (P = 0,000), sementara jenis kelamin tidak berhubungan dengan konversi sputum. Hasil lainnya ialah diperoleh success rate sebesar 96,6% dan cure rate sebesar 86,6%. Kesimpulan: Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pasien TB dengan DM tidak ditemukan adanya keterlambatan konversi sputum selama enam bulan pengobatan dengan OAT lini pertama dengan persentase konversi sputum sebesar 96,6% di akhir fase lanjutan.
Keywords