Mudra: Jurnal Seni Budaya (Feb 2019)

Prasi : Karya Kreatif Estetik Unggulan Bali (Sebuah Studi Teo-Antropologi)

  • I Nengah Duija

DOI
https://doi.org/10.31091/mudra.v34i1.631
Journal volume & issue
Vol. 34, no. 1

Abstract

Read online

Kebertahanan dan pertumbuhan serta perkembangan seni di Bali secara tidak langsung disebabkan oleh kuatnya sistem keagamaan Hindu yang dianut oleh orang Bali. Keterkaitan seni dan agama tersebut adalah saling mengisi dan saling menguatkan, sehingga kesenian di Bali digolongkan menjadi menjadi seni wali, bebali, dan Balih-balihan. Berdasarkan klasifikasi tersebut, tentu memiliki ragam yang bervariasi pada masing-masing kelompok tersebut. Salah satu ragam seni lukis yang luput dari pengamatan selama ini adalah seni lukis prasi, yaitu seni lukis di atas daun rontal yang digurat dengan pisau khusus (pangrupak) dan dengan bahan dari lontar yang sudah diproses sesuai tradisi pembuatan lontar, serta sebagai tintanya adalah daging buah kemiri (tingkih=bahasa Bali) yang dibakar sampai menjadi arang (adeng=bhs Bali). Tema-tema yang diangkat adalah dari dua epos besar susastra Hindu, yaitu Mahabharata dan Ramayana dengan berbagai variannya. Sebagai hasil analisis menujukkan bahwa karya lukis Prasi yang belum lazim dalam jagat seni lukis umumnya, membuat nilai artistik dari prasi ini sangat luar biasa. Media yang digunakan untuk melukis ukuranya sangat kecil dan harus digurat terlebih dahulu. Nilai-nilai itu di samping sebagai nilai material yang dapat dilihat dengan kasat mata (indrawi), juga nilai-nilai yang terkait dengan kosmologis Hindu (baca:teo-estetik), dan nilai-nilai antropologis tentang kepercayaan pada kehidupan magis dalam kebudayaan manusia Bali. Banyak hal yang dapat disimak dari seni lukis prasi ini sebagai sebuah ekspresi berkesenian orang Bali dan penghayatan pada kekuatan ilahi atau pengejewantahan nilai-nilai ajaran agama Hindu untuk dapat disampaikan sebagai sarana komukikasi kepada seluruh pencinta seni prasi. Oleh karena sang perupa harus memahami betul tentang teknologi tulis-menulis dalam lontar dan mendalami hakikat susastra yang dilukis itu sendiri, dengan kata lain memindahkan wacana sastra dalam guratan lukis prasi.

Keywords