JUTI: Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi (Jan 2014)
PENYELESAIAN PENJADWALAN MATAKULIAH MENGGUNAKAN HIBRIDISASI ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA KOLONI SEMUT
Abstract
Permasalahan penjadwalan matakuliah merupakan permasalahan yang kompleks. Penjadwalan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti ketersediaan jadwal dosen, matakuliah, ketersedian ruang dan waktu yang ada. Dalam penyusunan jadwal sering terjadi bentrok baik bentrok terhadap jadwal dosen maupun bentrok ruang perkuliahan, sehingga diperlukan persyaratan untuk mengatasinya. Beberapa solusi terhadap penyelesaian permasalahan penjadwalan matakuliah telah banyak dilakukan. Namun, solusi tersebut belum memberikan keberhasilan yang memuaskan, sehingga berbagai upaya perbaikan perlu dilakukan. Dalam penelitian ini, penyelesaian permasalahan penjadwalan dimodelkan ke dalam ruang tiga dimensi. Ketiga dimensi tersebut berturut-turut merepresentasikan dimensi hari, dimensi ketersediaan ruang kuliah, dan dimensi waktu perkuliahan dalam setiap hari. Untuk menentukan urutan penempatan sel-sel ke dalam model ruang tiga dimensi digunakan hibridisasi algoritma genetika dan algoritma koloni semut (AG-AKS). Dalam proses hibridisasi, algoritma genetika (AG) digunakan untuk memaksimalkan pemenuhan batasan yang ada. Di lain pihak, algoritma koloni semut (AKS) digunakan untuk meminimalkan terjadikan bentrok jadwal mengajar dosen, bentrok penggunaan ruang kuliah, dan bentrok pembagian waktu matakuliah dengan bobot lebih dari tiga sks. Berbagai uji coba dilakukan untuk menentukan parameter AG-AKS (seperti jumlah generasi, jumlah populasi, alfa, dan beta) untuk memperoleh hasil penjadwalan yang optimal. Hasil ujicoba menunjukkan bahwa hibridisasi AG-AKS yang dikembangkan dalam penelitian ini mampu menyelesaikan persoalan penjadwalan matakuliah dengan hasil yang memuaskan. Tingkat keberhasilan pemenuhan penjadwalan matakuliah sebesar 82% sampai dengan 97% dapat diperoleh untuk pengujian menggunakan data penjadwalan beberapa semester pada perguruan tinggi negeri. Kualitas keberhasilan tersebut diperoleh menggunakan parameter jumlah generasi di atas 50, jumlah populasi di atas 20, serta nilai alfa dan beta masin-masing sebesar satu.