Jurnal Kelautan Tropis (Nov 2019)
Pola Pertumbuhan Siput Gonggong Strombus turturella, Röding, 1798 (Gastropoda: Strombidae) di Pulau Bangka, Bangka Belitung
Abstract
Strombus turturella on Bangka Island is under pressure and threatens the effects of anthropogenic activity. This condition is necessary to carry out various efforts to manage the dog conch on an ongoing basis. Based on these problems, it is necessary to conduct research related to various parameters of the growth of the dog conch on Bangka Island. The purpose of the study was to determine the growth parameters of the dog conch which included growth patterns, estimation of growth model von bertalanffy and length-weight relationship. The research was carried out in several stages, namely: 1) Sampling in the field conducted in Teluk Kelabat waters, Ketawai Island and Anak Air Island, 2) Measurement of shell length and weight, and 3) Analysis of growth parameters using the FiSAT II application, then estimated von Bertalanffy's growth. The results of the frequency distribution of the size of the gonggong snail class in Teluk Kelabat were 47.85- 66.35 mm, on Ketawai Island 44.10-77.45 mm, while those on Anak Air Island were 44.10-62.65 mm. The results of Von Bertalanffy's growth model in the first year or age of one year growth accelerated with the length of the shell in Teluk Kelabat (44.46 mm), Ketawai Island (46.63 mm) and Pulau Anak Air (32, 80 mm). Then in the following year the growth slowed down to asymptotic length with around 11 years of age in T. Kelabat, 14 years in P. Ketawai and 15 years in P. Anak Air. The relationship between the length and weight of the dog conch in three locations on Bangka Island with a value of b <3 so that a negative allometric growth pattern can be determined. The negative allometric growth pattern shows an increase in the length of the snail bark faster than the weight gain. Siput gonggong (Strombus turturella) di Pulau Bangka mengalami tekanan dan ancaman dampak dari aktivitas antropogenik. Kondisi ini maka perlu dilakukan berbagai upaya pengelolaan siput gonggong secara berkelanjutan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian berkaitan berbagai parameter pertumbuhan siput siput gonggong di Pulau Bangka. Tujuan penelitian yaitu menentukan beberapa parameter pertumbuhan siput gonggong yang meliputi distribusi kelas ukuran, pendugaan model pertumbuhan von bertalanffy dan hubungan panjang berat. Penelitian dilakukan beberapa tahapan yaitu 1) Pengambilan sampel di lapangan yang dilakukan di Perairan Teluk Kelabat, Pulau Ketawai dan Pulau Anak Air, 2) Pengukuran panjang cangkang dan berat, dan 3) Analisis parameter pertumbuhan dengan menggunakan aplikasi FiSAT II, selanjutnya dihitung pendugaan pertumbuhan von Bertalanffy. Hasil distribusi frekuensi kelas ukuran siput gonggong di Teluk Kelabat yaitu 47.85 mm s.d 66.35 mm, di Pulau Ketawai 44.10 mm s.d 77.45 mm, sedangkan di Pulau Anak Air yaitu 44.10 mm s.d 62.65 mm. Hasil model pertumbuhan Von Bertalanffy pada tahun pertama atau umur satu tahun pertumbuhan mengalami percepatan dengan panjang cangkang di Teluk Kelabat (44,46 mm), Pulau Ketawai (46,63) dan Pulau Anak Air (32, 80) mm. Kemudian pada tahun selanjutnya pertumbuhan semakin melambat sampai mecapai panjang asimtotik dengan umur sekitar 11 tahun di T. Kelabat, 14 tahun di P. Ketawai dan 15 tahun di P. Anak Air. Hubungan panjang dan berat siput gonggong di tiga lokasi di Pulau Bangka dengan nilai b < 3 sehingga dapat ditentukan pola pertumbuhan alometrik negatif. Pola pertumbuhan alometrik negatif menunjukan pertambahan panjang siput gonggong lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan berat.
Keywords