Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani (Oct 2021)
Maksud Yesus dalam Peristiwa Baptisan: Sebuah Tanggapan Teologis terhadap Marcus J. Borg
Abstract
Abstract. Jesus’ baptism does not only refer to His divine role, but moreover to His divine identity. This is a theological declaration that He is God. However, Marcus J. Borg asserted that Jesus’ baptism was Jesus’ deep spiritual awareness toward spiritual world and the presence of God’s Spirit in His life. This does not indicate His divinity at all. Based on these two contradictory views, a problem remains to be solved: Is Borg’s assumption correct? What is actually Jesus’ true intention in His baptism? This was the focus of the research. This writing exerted to describe particularly Borg’s view on Jesus’ baptism, analyzed and responded to his view according to evangelical perspective. Despite the fact that Borg’s view on Jesus’ baptism has widely garnered support from modern theological readers, his theology is still far from orthodox theology because it was too socio-anthropological based analysis and ignored the Bible as God’s revelation. Abstrak. Baptisan Tuhan Yesus bukan hanya merujuk kepada fungsi jabatan-Nya, tapi lebih daripada itu, yaitu kepada identitas ilahi-Nya. Ini merupakan sebuah deklarasi teologis bahwa Ia adalah Allah. Tetapi Marcus J. Borg menyatakan bahwa baptisan Yesus sebagai sebuah kesadaran spiritual Yesus yang mendalam akan dunia roh dan kehadiran Roh Allah dalam hidup-Nya. Hal ini sama sekali tidak mengindikasikan keilahian-Nya. Mengaitkan kedua pandangan yang bertolakbelakang ini, muncul permasalahan: benarkah asumsi Borg di atas? Apakah sebenarnya yang menjadi intensi Yesus dalam peristiwa baptisan tersebut? Inilah yang menjadi fokus penelitian penulis. Tulisan ini berusaha untuk memaparkan secara khusus pandangan Borg dalam peristiwa baptisan Yesus dan menganalisis serta menanggapi pandangannya menurut perspektif injili. Terlepas dari pandangan Borg yang digemari di kalangan pembaca teologi modern tentang baptisan Yesus, pemikirannya masih jauh dari teologi ortodoks oleh karena terlalu berpijak pada analisis secara sosio-antropologis dan mengabaikan Alkitab sebagai wahyu dari Allah.
Keywords