Jurnal Neuroanestesi Indonesia (Feb 2022)

Tatalaksana Vasospasme Serebral Pasca Perdarahan Subarahnoid

  • Monika Widiastuti,
  • Iwan Abdul Rahman,
  • Rose - Mafiana,
  • Zafrullah Khany Jasa

DOI
https://doi.org/10.24244/jni.v11i1.408
Journal volume & issue
Vol. 11, no. 1
pp. 49 – 57

Abstract

Read online

Vasospasme cerebral merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada pasien dengan perdarahan subarahonid. Delayed ischemic neurologic deficit yang berhubungan dengan vasospasme serebral menyebabkan kematian pada 50% pasien yang bertahan pada periode awal setelah aneurisma ruptur yang ditangani. Onset vasospasme serebral yang bervariasi, mulai dari 24 jam pasca perdarahan subarahnoid atau subarahcnoid hemorrhage (SAH) sampai dengan 14 hari, patofisiologi vasospasme serebral yang kompleks dan cara diagnosis yang masih kontroversial, turut berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada pasien dengan SAH. Evaluasi ketat selama perawatan di ICU untuk mendeteksi kejadian vasospasme serebral awal sangat penting, setiap gejala neurologis baru yang muncul harus diperiksa dan ditangani secepatnya. Banyak obat-obatan yang diteliti untuk mengatasi vasospasme serebral namun efektifitasnya masih dipertanyakan. Tatalaksana utama yang dulu diketahui adalah dengan melakukan terapi triple H, namun hal ini sudah ditinggalkan. Induced hypertension menjadi satu-satunya bagian dari terapi triple H yang masih digunakan, namun belum banyak dipergunakan secara luas. Oleh karena itu perlu dikaji lebih lanjut bagaimana tatalaksana SAH untuk mencegah luaran yang buruk. Management of Cerebral Vasospasm after Subarachnoid Hemorrhage Abstract Cerebral vasospasm is the main etiology of morbidity and mortality in aneurysmal subarachnoid hemorrhage (SAH) patients. Delayed ischemic neurologic deficits associated with vasospasm may account for as high as 50% of the deaths in patients who survive the initial period after aneurysm rupture and its treatment. The variant onset of cerebral vasospasm, start from 24 hours after SAH up to 14 days after, complex pathophysiology, and the diagnosis of vasospasm has still been met with some controversy, contribute to the high morbidity and mortality in these patients. Vigilance evaluation during ICU care to detect cerebral vasospasm as early as posssible is essential, any new onset of neurological symptoms need to be investigated and treated immediately. Many studies reported some agents for the treatment of cerebral vasospasm, however their roles remain uncertain. Triple H therapy was known as a main treatment for vasospasm, however it is no longer applied nowadays. Induced hypertension become the only part of Triple H therapy used yet it is not well recognized. Therefor, there is a need for thorough evaluation regarding treatment of SAH to prevent poor outcomes.

Keywords