Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal (Jul 2021)
GANGGUAN MENSTRUASI PADA AKSEPTOR DMPA TIDAK TERKAIT IMT
Abstract
Abstrak Latar Belakang: Kejadian akseptor drop out tertinggi karena efek samping yaitu pada metode suntikan. KB injeksi DMPA memiliki efek samping gangguan menstruasi. Untuk menjamin lancarnya menstruasi, wanita harus mempunyai kadar lemak sebanyak 22% dari berat badannya. Kadar lemak dapat ditentukan dengan menilai berat badan seseorang melalui pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan IMT dengan gangguan menstruasi pada akseptor KB injeksi DMPA di Puskesmas Jagir. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 67 orang meliputi akseptor KB injeksi DMPA di Puskesmas Jagir sesuai dengan kriteria inklusi. Sampling dilakukan dengan total sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah IMT pada akseptor KB injeksi DMPA, sedangkan variabel tergantung adalah gangguan menstruasi pada akseptor KB injeksi DMPA. Untuk mengetahui tingkat signifikan, data yang terkumpul akan diuji dengan uji statistik Pearson pada tingkat kemaknaan α=0,05. Hasil: Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki IMT normal (55,2%), IMT kurus (3,0%) dan IMT overweight (41,8%). Hampir seluruhnya mengalami gangguan menstruasi (88,1%) dan yang tidak mengalami gangguan menstruasi (11,4%). Setelah uji Pearson diperoleh nilai p=0,140 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan gangguan menstruasi pada akseptor KB injeksi DMPA. Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara IMT dengan gangguan menstruasi pada akseptor KB injeksi DMPA di Puskesmas Jagir. Abstract Background: The incidence of drop out acceptors mostly due to side effects, is found on the injection method. DMPA injection has side effects of menstrual disorders. To ensure a fluent menstruation, women should have fat mass at least 22% of their body weight. Fat mass can be determined by measuring the Body Mass Index (BMI). This research aims to study the relationship of BMI with menstrual disorders in DMPA injection receiver at Puskesmas Jagir. Methods: This research is an observational analytic research with a cross sectional approach. A total sample of 67 people included DMPA injection receiver at Puskesmas Jagir corresponding for inclusion criteria. Sampling is done by total sampling. The independent variable in this study was BMI in DMPA injection receiver, while the dependent variable was menstrual disorders in DMPA injection receiver. To determine a significant level, the collected data will be tested by Pearson at the significance level of α = 0.05. Results: The results of the study showed that most of respondents had normal BMI (55.2%), thin BMI (3,0%) and overweight BMI (44.8%). Most of them experienced menstrual disorders (88.1%) and others did not experience menstrual disorders (11.4%). After the Pearson test, the value of p = 0.140 (p > 0.05) which means that there is no relationship between BMI and menstrual disorders in DMPA injection receiver. Conclusion: There is no relationship of BMI with menstrual disorders in DMPA injection receiver at Puskesmas Jagir.
Keywords