Profetik (Jun 2019)

Jurnalisme Warga: Liyan, Timpang dan Diskriminatif

  • Aryo Subarkah Eddyono,
  • Faruk HT,
  • Budi Irawanto

DOI
https://doi.org/10.14421/pjk.v12i1.1498
Journal volume & issue
Vol. 12, no. 1
pp. 61 – 73

Abstract

Read online

Abstrak. Keterlibatan warga dalam menyampaikan informasi yang luput dilakukan oleh jurnalis profesional masih bisa kita lihat hingga kini. Terutama pada peristiwa-peristiwa bencana alam seperti gempa dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala pada akhir September 2018. Hal ini menunjukkan praktik jurnalisme warga masih mungkin dijalankan. Hanya saja, di ranah akedemis, riset jurnalisme warga di Indonesia tidak terlalu variatif dan terkesan berjalan di tempat, didominasi pembicaraan sejauh mana peran dan efektivitasnya berdasarkan model-model tertentu. Situasi ini sebaiknya diatasi. Salah satunya dengan menghadirkan cara berpikir cultural studies dalam mengkaji isu-isu jurnalisme warga. Cultural studies atau kajian budaya adalah kajian kritis yang mampu membantu periset menyelami beragam hal, yakni representasi, regulasi, identitas, konsumsi, dan produksi di mana masing-masing bisa saling terkait satu sama lain. Masalah lain yang saya temukan adalah pemahaman jurnalisme warga, yang selama ini berkembang perlu dikritisi karena tidak kontekstual dan cenderung asal klaim. Saya beranggapan jurnalisme warga adalah praktik yang timpang, eksklusif, elitis, dan diskriminatif. Keberadaaannya menjadi liyan bagi jurnalisme dominan. Artikel ini juga merupakan autokritik atas pemahaman saya soal jurnalisme warga dalam riset saya sebelumnya. Kata kunci: Jurnalisme Warga, Kajian Budaya, Keberagaman Informasi, Demokrasi, Distingsi Abstract. Public participation in sharing information that was missed by professional journalists can still be seen today. Especially in natural disaster events such as the earthquake and tsunami that hit Palu and Donggala at the end of September 2018. This shows that the practice of citizen journalism is still possible. It is just, citizen journalism research in Indonesia is not varied, dominated by research on the extent of its role and whether its management is effective based on certain models. This situation must be changed. Cultural studies can be an alternative way of thinking. Cultural studies are critical studies that can help researchers explore a variety of things, namely representation, regulation, identity, consumption, and production where each can be interrelated. Another problem that I found was the understanding of citizen journalism that had developed so far needs to be criticized because it is not contextual and tends to be inappropriate. I think citizen journalism is an unequal, exclusive, elitist and discriminatory. Its existence becomes liyan for dominant journalism.This article is also an autocritic for the citizen journalism research I did before. Keywords: Citizen Journalism, Cultural Studies, Diversity of Information, Democracy, Distinction

Keywords