Mozaik Humaniora (Aug 2020)
Pemarkahan Diatesis Bahasa Indonesia: Kajian Tipologi Linguistik
Abstract
Sistem diatesis suatu bahasa terkait erat dengan sistem pemarkahannya, baik pemarkahan secara morfologis maupun secara sintaktis. Secara linguistik tipologi, bahasa akusatif memiliki diatesis aktif dan pasif, sedangkan bahasa ergatif memiliki diatesis ergatif dan antipasif. Bahasa Indonesia digolongkan sebagai bahasa yang memiliki diatesis aktif dan pasif, sehingga bahasa Indonesia dapat dimasukkan ke dalam kelompok bahasa akusatif. Berdasarkan kajian diatesis yang dilihat dari perspektif linguistik tipologi, diatesis aktif dan pasif bahasa Indonesia menunjukkan perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan diatesis aktif pasif dalam bahasa yg bertipe akusatif. Bahasa Indonesia memiliki dua tipe pasif: ‘pasif di-’ dan ‘pasif pronomina’. Berdasarkan sistem kebermarkahan, konstruksi pasif di- yang dimarkahi secara morfologis memiliki bentuk aktif yang juga dimarkahi secara morfologis. Dengan kata lain, konstruksi pasif di- memiliki diatesis aktif dan pasif yang sama-sama memiliki pemarkahan secara morfologis. Dalam konstruksi pasif di-, verba yang menunjukkan diatesis pasif dimarkahi oleh prefiks di-, sedangkan verba yang menunjukkan diatesis aktif dimarkahi oleh prefiks meng-. Secara sintaktis, subjek kalimat pasif berfungsi sebagai ajung (adjunct) dalam bentuk frasa preposisional dan bisa dilesapkan. Pada konstruksi pasif pronomina, verba yang menunjukkan diatesis pasif muncul dalam bentuk verba dasar, sedangkan verba yang menunjukkan diatesis aktif dimarkahi oleh prefix meng-. Agen dalam kalimat pasif pronomina tidak dapat dilesapkan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pasif pronomina, diatesis aktif lebih bermarkah daripada diatesis pasifnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pendekatan tipologi linguistik, diatesis aktif dan pasif dalam bahasa Indonesia tidak memenuhi persyaratan diatesis secara tipologi. Kata Kunci: diatesis, aktif, pasif, akusatif, ergatif
Keywords