Indonesian Journal of Clinical Nutrition Physician (Oct 2018)
PEMBERIAN PROTEIN YANG ADEKUAT MEMPERCEPAT PENUTUPAN BURST ABDOMEN PADA PASIEN GERIATRI DENGAN TUMOR KOLON
Abstract
Pendahuluan Burst abdomen adalah terpisahnya jahitan luka pada abdomen secara parsial atau komplit salah satu atau seluruh lapisan dinding abdomen pada luka post operatif disertai protrusi dan eviserasi isi abdomen yang merupakan komplikasi tindakan bedah karena tidak adekuatnya perawatan luka, pengobatan, dan dukungan nutrisi. Resume kasus Seorang laki-laki berumur 85 tahun, dikonsul dari bagian bedah digestif dengan diagnosis medis Burst abdomen post operasi laparatomi dan colostomi et causa tumor colon rectosigmoid, keluhan utama luka terbuka di perut dan asupan tidak adekuat, Riwayat penurunan berat badan kurang dari 5 kg selama 1 bulan terakhir. Buang air besar via colostomi. Pemeriksaan antropometri didapatkan LLA 18 cm. Pada pemeriksaan fisik ditemukan, anemia (+), Loss of subcutaneus fat (+), terdapat wasting pada keempat ekstremitas. Pemeriksaan laboratorium didapatkan deplesi berat sistem imun (874), hipoalbuminemia (2.6), anemia (9.6) dan hipokalemia (2.9). Kebutuhan Energi Terkoreksi : 1394 kkal dengan komposisi makronutrien: Protein: 1,7 gr/kg BBI/hari = 79.92 gr =22%, Karbohidrat : 55%= 192,5 gr, Lemak : 23% = 35,7gr. Penatalaksanaan nutrisi perioperatif yang diberikan bertujuan sebagai manajemen nutrisi perioperatif, meningkatkan status gizi dan memperbaiki status metabolik pasien, mempercepat penyembuhan luka dan memberikan edukasi gizi ke pasien. Operasi repair wound dilakukan dengan nilai PNI 36,5.Pada hari ke-13 post operasi terjadi dehisensi luka. Peningkatan pemberian protein sebesar 2 gram /kgBBI/hari karena tidak adanya peningkatan kadar albumin. Setelah diintervensi pada hari ke 35 post operasi mulai terjadi perbaikan luka operasi. Pada pasien ini juga dilakukan program peningkatan berat badan( penambahan kalori secara bertahap dengan maksimal pemberian sebesar 1000 kkal) untuk perbaikan status gizi . Pada Monitoring dan evaluasi asupan membaik, antropometri terjadi peningkatan (LLA 20,5cm)dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan perbaikan kadar TLC (2.769), albumin (3,8) dan kalium (5,3) serta kadar Hb (11).Lama perawatan perioperatif 100 hari. Kesimpulan Intervensi nutrisi yang optimal, monitoring serta edukasi gizi diperlukan untuk menunjang perbaikan kondisi klinis pasien pre dan post operatif dengan burst abdomen. Intervensi nutrisi yang optimal, monitoring serta edukasi gizi yang baik menunjukkan adanya perbaikan asupan kalori, status metabolik sehingga dapat mengurangi risiko infeksi, lama rawat dan mortalitas yang berefek pada perbaikan luka.