Jurnal Akuakultur Indonesia (Oct 2023)

Male sex ratio of red tilapia Oreochromis sp. after soaking in different concentrations of coconut milk at larvae stadia

  • Fajar Maulana,
  • Agus Oman Sudrajat,
  • Andre Permana,
  • Lina Mulyani,
  • Harton Arfah

DOI
https://doi.org/10.19027/jai.22.2.187-199
Journal volume & issue
Vol. 22, no. 2
pp. 187 – 199

Abstract

Read online

Tilapia has sexual dimorphism, based on the size and growth. Male tilapia has a faster growth rate than female tilapia. Masculinization can be carried out to produce monosexual tilapia seeds to accelerate fish growth. As the use of the 17α-methyltestosterone synthetic hormone for masculinization activities has been limited, natural ingredients are required as a substitute, namely coconut milk. This study aimed to determine the effect of different coconut milk concentrations as a phytosteroid material for the masculinization of red tilapia by immersing the larvae to the material. Tilapia fish larvae were immersed in coconut milk for 12 hours and then reared for 60 days at 100 larvae for each rearing container. There were four different treatments, namely control treatment without coconut milk immersion, S3 (3 ml/L coconut milk), S5 (5 ml/L coconut milk), and S7 (7 ml/L coconut milk). The results showed that the 7 ml/L coconut milk treatment increased the male sex ratio and specific growth rate and reduced the feed conversion ratio without a negative impact on the survival rate of red tilapia fry. In this study, the 7 ml/L coconut milk treatment was the best treatment, which produced a male sex ratio of 67.78 ± 4.16%. Keywords: coconut milk, masculinization, monosex, phytosteroids, tilapia ABSTRAK Ikan nila memiliki dimorfisme seksual yang dapat dilihat dari ukuran dan pertumbuhannya. Ikan nila jantan memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat ketimbang ikan nila betina. Maskulinisasi dapat dilakukan untuk menghasilkan benih ikan nila monoseks dengan tujuan mempercepat pertumbuhannya. Penggunaan hormon sintetik 17α-methyltestosteron sudah dibatasi penggunaannya sehingga diperlukan bahan alami pengganti salah satunya santan kelapa untuk kegiatan maskulinisasi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh perendaman santan kelapa sebagai fitosteroid untuk maskulinisasi ikan nila merah melalui perendaman larva dengan konsentrasi berbeda. Larva ikan nila direndam santan kelapa selama 12 jam dan selanjutnya dipelihara selama 60 hari dengan kepadatan 100 ekor untuk setiap wadah pemeliharaan. Terdapat empat perlakuan berbeda, kontrol tanpa perendaman santan, S3 (Santan 3 ml/L air), S5 (Santan 5 ml/L air) dan S7 (Santan 7 ml/L air). Hasil penelitian menunjukan perlakuan perendaman santan kelapa 7 ml/L dapat meningkatkan nisbah kelamin jantan dan laju pertumbuhan spesifik, serta menurunkan rasio konversi pakan dan tidak berdampak buruk terhadap nilai tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila merah. Dalam penelitian ini, perlakuan santan 7 ml/L merupakan perlakuan terbaik yakni dapat menghasilkan nisbah kelamin jantan sebesar 67,78 ± 4,16%. Kata kunci: fitosteroid, ikan nila, maskulinisasi, monoseks, santan kelapa