Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah (Jun 2017)

PEMANFAATAN KULIT KAYU ANGSANA (Pterocarpus indicus) SEBAGAI SUMBER ZAT WARNA ALAM PADA PEWARNAAN KAIN BATIK SUTERA

  • Dwi Wiji Lestari,
  • Yudi Satria

DOI
https://doi.org/10.22322/dkb.v34i1.2765
Journal volume & issue
Vol. 34, no. 1
pp. 35 – 42

Abstract

Read online

Telah dilakukan penelitian pemanfaatan kulit kayu angsana (Pterocarpus indicus) sebagai sumber zat warna alam untuk pewarnaan kain batik sutera. Ekstraksi ZWA dilakukan dengan pelarut air dengan variasi suhu ekstraksi 75 °C dan 100 °C. Pewarnaan zat warna alam kemudian diaplikasikan pada kain batik sutera pada kondisi pencelupan asam (pH 4) dan basa (pH 10). Mordan awal yang digunakan adalah tawas dan jirak. Diakhir pewarnaan alam dilakukan fiksasi dengan menggunakan tawas dan tunjung. Berdasar hasil penelitian, kulit kayu angsana terbukti dapat digunakan sebagai sumber zat warna alam untuk batik sutera. Ketuaan warna paling tinggi diperoleh pada pewarnaan batik sutera dengan menggunakan mordan jirek pada suhu ekstraksi 100 °C dalam kondisi pencelupan basa dengan fiksator tunjung. Arah warna yang dihasilkan adalah coklat tua pada suasana pencelupan asam dengan fiksasi tunjung, coklat kemerahan pada suasana pencelupan asam fiksasi tawas, coklat kemerahan pada suasana pencelupan basa fiksasi tawas dan coklat tanah pada suasana pencelupan basa dengan fiksasi tunjung. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian dari sampel pewarnaan menunjukkan kualitas baik yaitu pada skala 4-5 (Baik). Study on utilizationof angsana (Pterocarpus indicus) as natural dye for silk batik has been conducted. The study was aimed to determine the quality of the natural dyeing of the bark of angsana by use jirak (Symplocos fasciculata Zoll.) and alum as the natural mordant. Extraction of natural dye was carried out using water by varying the extraction temperature of 75 and 100 °C. The coloration was applied to silk batik at both acid (pH 4) and basic (pH 6) impregnations. The mordant employed were alum and jirak. The last stage was fixation using alum and ferrosulfate. Based on the results, angsana was proved to be used as a source of natural dyes for silk batik. The highest color intensity was obtained by using angsana bark extract and jirak as mordant at 100 °C under basic condition the presence of ferrosulfate as the fixative. The obtained color shades for acid impregnation with ferrosulfate fixative, acid impegnation with alum fixative, basic impregnation with alum fixative and basic impregnation with ferrosulfate fixative, were dark brown, reddish brown, reddish brown and soil brown, respectively. The test of fastness to washing towards coloration sample gave good quality on scale of 4-5 (good).

Keywords