Majalah Kardiologi Indonesia (Jun 2013)

Cardiac Resynchronization Therapy: Kapan dapat kita lakukan?

  • Andria Priyana

DOI
https://doi.org/10.30701/ijc.v28i3.244
Journal volume & issue
Vol. 28, no. 3

Abstract

Read online

Gagal jantung (GJ) merupakan penyebab utama perawatan pasien di rumah sakit Amerika Serikat, dan merupakan kasus yang memakan biaya terbanyak per tahunnya. Sekitar 500.000 kasus baru ditemukan setiap tahun, dan tak kurang dari 5 juta orang kini di Amerika menderita GJ. Studi mengenai terapi neurohormonal telah mencapai puncaknya, tambahan terapi selain penghambat renin-angiotensin-aldosteron dan adrenergik, belum terbukti memberi tambahan manfaat yang signifikan. Sementara itu, laporan studi mengenai device therapy(pacemakers, implantable defibrillators, danventricular assist devices)pada GJ banyak yang memberi hasil positif. Khusus mengenai cardiac resynchronization therapy(CRT), telah banyak studi yang melaporkan manfaatnya pada GJ, dan telah pula dimasukkan dalam guideline Heart Failure sebagai salah satu terapi GJ. Meski demikian hasil pemasangan CRT masih ber variasi, dan membawa risiko komplikasi. Oleh karenanya, pemasangan CRT memerlukan kriteria seleksi pasien yang ketat dan tepat, sehingga rasio keuntungan-risiko dapat optimal. Laporan kasus ini menguraikan tentang sebuah kasus pemasangan CRT. Akan dibahas mengenai kapan sebaiknya pemasangan CRT dilakukan, tatalaksana GJ, prediksi adanya disinkroni ventrikel, dan prognosis CRT berdasarkan elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiogram.