Bhakti Persada: Jurnal Aplikasi Ipteks (Feb 2017)
PERBAIKAN PERAPEN PERAJIN GAMELAN DESA TIHINGAN KLUNGKUNG BALI DAPAT MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PERAJIN
Abstract
Proses produksi pembuatan gamelan ini masih tradisional dengan menggunakan prapen (tempat kerja) dengan nyala api terbuka baik untuk proses peleburan maupun proses pembakaran bahan untuk pembentukan gamelan (nguwad)untuk proses peleburan dan pembentukan sehingga meningkatkan beban kerja perajin akibat paparan panas radiasi dan debu. Kondisi lingkungan kerja perajin yang belum nyaman dimana rerata suhu basah di tempat kerja mencapai 27,85 ± 0,12 oC dan rerata suhu kering mencapai 31,09 ± 0,97 oC, sehingga sebagian besar perajin merasakan beban yang cukup berat dalam proses kerja, terutama pada proses peleburan dan proses nguwad (pembentukan gamelan). Proses kerja peleburan dan proses nguwad beban kerja perajin cukup berat disertai paparan panas radiasi, adanya debu yang potensial menggangu kesehatan kerja dan lingkungan, hal ini menyebabkan produktivitas perajin menjadi rendah. Selain itu proses kerja yang cukup berat menyebabkan perajin tidak mampu bekerja sepanjang hari dan sering setelah berturut-turut kerja selama 3 hari mereka libur selama 1 hari. Tentu kondisi ini menyebabkan berkurangnya penghasilan perajin. Ongkos yang diterima perajin adalah dengan sistem borongan dalam satu kelompok perajin yang terdiri dari 3 sampai 4 orang per group. Meningkatnya kelelahan perajin ini dikarenakan adanya lingkungan kerja yang panas akibat paparan panas dari tungku yang terbuka, dan adanya sikap kerja berdiri dan membungkuk saat penuangan logam cair ke dalam cetakan serta jika duduk sering dengan sikap duduk tidak alamiah. Untuk itu perlu dilakukan penerapan iptek bagi masyarakat melalui perancangan sistem pembuangan asap dan debu melalui pendekatan ergonomi dengan rancangan pre and post test desaign group. Setelah penggunaan sistem pembuangan asap dan debu, diperoleh bahwa terjadi penurunan kadar debu di tempat kerja dari rata-rata 49,51 µg/m3 menurun menjadi 25,90 µg/m3. Demikian juga rerata denyut nadi tukang perapen mencapai 115,31 ± 2,56 denyut/menit, setelah perbaikan menurun menjadi rerata 111,81 ± 3,52 denyut/menit. Rerata denyut nadi tukang jepit mencapai 114,71 ± 3,24 denyut/menit menurun menjadi 110,41 ± 4,96 denyut/menit dan rerata denyut nadi tukang nguwad mencapai 125,71± 3,21 denyut/menit (katagori beban kerja berat) menurun menjadi rerata 123,01 ± 2,05 denyut/menit (katagori beban kerja sedang). akibat suhu lingkungan yang tinggi, suhu tubuh akan meningkat sehingga meningkatkan denyut nadi. Keluhan Kelelahan menurun dari skor 52,79 menurun menjadi 38,51 dan skor keluhan otot skeletal juga menurun dari 58,44 menjadi 38,74. Sehingga produktivitas meningkat dari rata-rata 0,89 menjadi 1,04.