Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya (Dec 2020)

PERSPEKTIF ANTROPOLOGI DAN RELIGI PERKAWINAN SUKU NIAS

  • Sonny Eli Zaluchu

DOI
https://doi.org/10.17977/um020v14i22020p108-119
Journal volume & issue
Vol. 14, no. 2
pp. 108 – 119

Abstract

Read online

Marriage in Nias included in a traditional marriage model heavily influenced by the Nias people's pre-Christian culture and the customary law called Fondrako. That is why the color of local wisdom in its implementation is evident, but it also becomes a syncretism whenever it intersects with religious teachings. The Nias marriage scheme is, and what kind of Fondrako customary law influences its implementation, and the theological reposition of religion in the traditional marriage system is the discussion and objectives of this paper. The method used is a literature study with qualitative analysis, which utilizes primary sources about Nias from books and research results. Conclusion: the practice of marriage in Nias took place in three stages, namely the search for the bride and groom (famaigi ono alawe), engagement (fanunu manu), and the implementation of the marriage itself (falöwa). Cultural values in Nias weddings are still solid and practiced today. The church in Nias has succeeded in carrying out the spiritual inclusion of tribal religions into Christianity in marriage procedures. One of this research's contributions is the need for awareness for the new generation of Nias to realize the Nias marriage scheme in its philosophical values rather than rejecting it for complicated and burdensome procedural reasons. The Nias generation itself must defend this cultural wealth. Pernikahan di Nias termasuk dalam sebuah model perikahan adat yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan pra Kristen dan hukum adat yang disebut Fondrako. Itu sebabnya warna kearifan lokal di dalam penyelenggaraannya sangat kentara, tetapi juga menjadi sebuah sinkretisme manakala beririsan dengan ajaran agama. Bagaimana skema pernikahan Nias, dan seperti apa hukum adat Fondrako membawa pengaruh di dalam pelaksanaannya, serta reposisi teologis agama di dalam sistem adat pernikahan adalah pembahasan dan tujuan yang ingin dikemukakan di dalam paper ini. Metode yang dipergunakan adalah studi pustaka dengan analisis kualitatif, yang memanfaatkan sumber-sumber primer tentang Nias dari buku-buku dan hasil penelitian. Disimpulkan bahwa praktik pernikahan di Nias berlangsung di dalam tiga tahap yakni pencarian calon mempelai (famaigi ono alawe), pertunangan (fanunu manu) dan pelaksanaan pernikahan itu sendiri (falöwa). Nilai-nilai budaya di dalam pernikahan Nias masih sangat kental dan dipraktekkan hingga dewasa ini. Gereja di Nias berhasil pada batas-batas tertentu melakukan inklusi rohani dari agama suku kepada agama Kristen di dalam tata cara pernikahan. Salah satu kontribusi penelitian ini adalah, perlu kesadaran bagi generasi baru Nias untuk menyadari skema perkawinan Nias di dalam nilai filosofisnya daripada menolaknya karena alasan prosedural yang ribet dan membebani. Kekayaan budaya ini harus dipertahkan oleh generasi Nias sendiri.

Keywords