Sari Pediatri (Dec 2016)

Gangguan Tidur pada Anak Usia Bawah Tiga Tahun di Lima Kota di Indonesia

  • Rini Sekartini,
  • Nuri Purwito Adi

DOI
https://doi.org/10.14238/sp7.4.2006.188-93
Journal volume & issue
Vol. 7, no. 4
pp. 188 – 93

Abstract

Read online

Latar belakang. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang optimal bagi seorang anak. Pola tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal pada diri anak dan faktor lingkungan fisik. Gangguan tidur dapat menyebabkan masalah perilaku, emosi, menyebabkan mengantuk pada siang hari, dan dapat mempengaruhi konsentrasi belajar serta daya ingat anak. Tujuan. Mengetahui prevalensi gangguan tidur pada anak usia bawah tiga tahun menggunakan kuesioner BISQ serta hubungan antara faktor sosiodemografi dengan gangguan tidur. Metoda. Penelitian ini dilakukan terhadap 385 anak usia bawah 3 tahun di 5 kota di Indonesia. Sejak Januari – Juni 2005. Sampel diperoleh secara consecutive sampling. Merupakan studi analitik seksi silang, menggunakan metode wawancara terpimpin dengan kuesioner yang telah diuji coba dan formulir Brief Infant Sleep Questionnaire (BISQ). Definisi gangguan tidur bila ditemukan satu atau lebih kondisi seperti lama tidur malam kurang dari 9 jam, terbangun pada malam hari lebih dari 3 kali dan lama terbangun pada malam hari lebih dari 1 jam. Data diolah dan dianalisis dengan program SPSS 11, uji Chi-Square, Fisher’s Exact test dan Mann-Whitney U. Hubungan bermakna secara statistik bila ditemukan nilai p < 0.005. Hasil. Prevalensi gangguan tidur ditemukan pada 44,2% dari 385 subyek terdiri dari 198 anak laki-laki dan 187 anak perempuan. Rata-rata usia anak 12 bulan. Tingkat pendidikan orangtua sebagian besar tingkat pendidikan sedang, dengan 66,5% masuk dalam katagori tingkat pendapatan rendah. Sebagian besar anak (43,1%) tidur pada posisi telentang, tidur bersama orangtua di tempat tidur yang sama (bed sharing) ditemukan pada 73,5% dan co-sleeping ditemukan pada 18,7%. Dalam cara menidurkan anak 56,1% tertidur ketika disusui, dan dari uji statistik didapatkan hubungan bermakna antara tertidur ketika disusui dengan gangguan tidur. Ditemukan pula hubungan bermakna antara jumlah waktu tidur siang dan waktu mulai tidur malam dengan gangguan tidur. Sedangkan faktor sosiodemografi tidak berhubungan bermakna dengan gangguan tidur. Meskipun demikian 42,3% orangtua beranggapan bahwa gangguan tidur pada anak bukan merupakan suatu masalah. Kesimpulan. Prevalensi gangguan tidur pada anak bawah 3 tahun ditemukan pada 44,2% kasus yang diteliti dengan rata-rata usia anak 12 bulan. Ditemukan hubungan bermakna secara statistik antara tertidur ketika disusui dan jumlah waktu tidur siang serta waktu mulai tidur malam dengan gangguan tidur. Tidak ditemukan hubungan bermakna secara statistik antara faktor sosiodemografi dan gangguan tidur. Perangkat BISQ dapat merupakan salah satu alat untuk skrining gangguan tidur pada anak. Prevalensi gangguan tidur yang tinggi dan perhatian orangtua yang kurang terhadap masalah ini, perlu dilakukan penyebaran informasi dan penyuluhan kepada orang tua tentang manfaat tidur dan dampak yang ditimbulkan dari gangguan tidur.

Keywords