Profetik (Jul 2018)
TWITTER: Expressing Hate Speech Behind Tweeting
Abstract
This study explores on how Indonesian people use Twitter. Only one hundred and forty (in one tweet) characters are able to create unlimited tweets expressing an agenda, Twitter has a role as canalization of desire that their users cannot devote in offline world. This study will focus on the prosumption practice toward the use of Twitter behind tweeting to spread a variety of opinions, including hate speech, because the characters of cyberspace allow the formation of habitus toward virtual users that they can devote freely a certain emotion in cyberspace. This study critically analyzes the prosumption practices of creating hate speech behind tweeting. This study also discusses on how Twitter's characters are able to express hate speech by the users. The interaction of users to use Twitter in expressing hate speech has played a role on how the users construct the world. Studi ini mengeksplorasi bagaimana orang Indonesia menggunakan Twitter. Hanya seratus empat puluh (dalam satu tweet) karakter yang mampu membuat tweet tak terbatas yang mengekspresikan agenda, Twitter memiliki peran sebagai kanalisasi keinginan yang tidak dapat digunakan pengguna mereka di dunia offline. Studi ini akan fokus pada praktik prosuksi terhadap penggunaan Twitter di balik tweeting untuk menyebarkan berbagai pendapat, termasuk pidato kebencian, karena karakter dunia maya memungkinkan pembentukan habitus terhadap pengguna virtual bahwa mereka dapat mencurahkan dengan bebas emosi tertentu di dunia maya. Penelitian ini secara kritis menganalisis praktik prosuksi menciptakan pidato kebencian di balik tweeting. Studi ini juga membahas tentang bagaimana karakter Twitter mampu mengekspresikan pidato kebencian oleh pengguna. Interaksi pengguna untuk menggunakan Twitter dalam mengekspresikan pidato kebencian telah memainkan peran pada bagaimana pengguna membangun dunia.