INKLUSI Journal of Disability Studies (Jan 2022)

Strategi Komunikasi Penanganan Perempuan Difabel Korban Kekerasan Seksual di SAPDA Yogyakarta

  • Tiara Apriyani,
  • Lintang Ratri Rahmiaji

DOI
https://doi.org/10.14421/ijds.080207
Journal volume & issue
Vol. 8, no. 2
pp. 185 – 202

Abstract

Read online

Women with disabilities are a vulnerable group to sexual violence. Handling cases of sexual violence against women with disabilities requires a special approach. SAPDA Yogyakarta is one of the NGOs that focuses on assisting victims of violence among women with disabilities. Using a qualitative approach, this study aims to examine the SAPDA communication strategy as an effort to assist victims. The study revealed that the special communication strategy carried out by SAPDA began by studying the background and condition of the victim to achieve a common understanding. Furthermore, SAPDA cooperates with the victim's family to achieve her consent for counseling. SAPDA also uses non-verbal communication, reduces interpersonal distance, acts as a friend, uses assistive medias, such as images and games, and repeats communication processes. To prevent any cases of sexual violence, SAPDA establishes Peer Counselors with online counseling programs, holds various seminars and trainings and uses SAPDA publications to educate disability issues. Perempuan difabel adalah kelompok yang rentan mengalami kekerasan seksual. Penanganan kasus kekerasan seksual pada perempuan difabel membutuhkan pendekatan khusus. SAPDA Jogja adalah salah satu NGO yang memiliki fokus pendampingan perempuan difabel korban kekerasan. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini bertujuan mengetahui strategi komunikasi SAPDA sebagai upaya mendampingi korban. Adapun hasil penelitian mengungkapkan strategi komunikasi khusus yang dilakukan SAPDA dimulai dengan mempelajari latar belakang dan kondisi korban untuk membangun pemahaman bersama. Selanjutnya, SAPDA bekerja sama dengan keluarga korban untuk memudahkan penerimaan konseling. SAPDA juga menggunakan komunikasi non verbal, mengurangi jarak inter-personal, dengan berlaku sebagai teman, penggunaan alat bantu gambar serta media permainan, dan proses komunikasi yang dilakukan berulang-ulang. Untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual, SAPDA membentuk Konselor Sebaya dengan program konseling-daring, mengadakan berbagai seminar dan pelatihan HKSR serta menggunakan media SAPDA sebagai sarana informasi yang edukatif mengenai isu disabilitas.

Keywords