Jurnal Anestesi Perioperatif (Apr 2024)

Tata Laksana Pasien Syok Sepsis dengan Peritonitis Difusa ec. Abses Hepar Pascalaparotomi Eksplorasi

  • Faisal Rachman,
  • Tinni T. Maskoen

DOI
https://doi.org/10.15851/jap.v12n1.3491
Journal volume & issue
Vol. 12, no. 1

Abstract

Read online

Abses hepar didefinisikan sebagai benjolan yang berisi pus pada hepar yang dapat berkembang dari cedera pada hepar atau infeksi intra-abdominal yang menyebar dari sirkulasi portal. Tingkat kejadian tahunan abses hepar adalah sekitar 2,3 kasus per 100.000 orang. Abses hepar dapat pecah yang menyebar sehingga menyebabkan peritonitis dan syok. Komplikasi penularan ke organ lain termasuk endoftalmitis atau emboli septik sistem saraf pusat yang berakibat fatal pada pasien yang dapat menyebabkan kematian. Laporan kasus ini menjelaskan pasien laki-laki 18 tahun dengan syok sepsis dan abses hepar. Prinsip tata laksana pasien abses hepar adalah insisi dan debridement. Pada kasus ini pasien sudah mengalami syok septik tata laksananya meliputi resusitasi cairan, optimalisasi penggunaan vasopresor-inotropik, pengendalian sumber infeksi (source control), dan pemberian antibiotik intravena dini, sebaiknya dalam waktu satu jam setelah diagnosis sepsis dan syok septik ditegakkan. Selain itu, perawatan pasien kritis di ICU juga merupakan tantangan tersendiri terutama pasien dengan syok septik. Manajemen cairan, nutrisi, serta pemberian analgesia dan sedasi sesuai dengan kebutuhan. Penatalaksanaan tepat pasien dengan syok sepsis karena abses hepar, luaran pasien yang baik dengan length of stay (LOS) yang singkat di ruangan ICU merupakan target dokter anestesi dan intensivis. Penatalaksanaan yang tepat akan memberikan prognosis pasien yang lebih baik; pada kasus ini pasien ditatalaksana dengan baik sehingga pasien mendapatkan perbaikan keadaan umum dan kesadaran pasien kompos mentis setelah diterapi.

Keywords