JKG (Jurnal Komunikasi Global) (Jun 2020)

Rumah Gizi ‘Aisyiyah: Komunikasi Kesehatan dengan Pendekatan Agama-Budaya

  • Tri Hastuti Nur R,
  • Hajar Nur Setyowati,
  • Rizanna Rosemary

DOI
https://doi.org/10.24815/jkg.v9i1.16576
Journal volume & issue
Vol. 9, no. 1
pp. 141 – 161

Abstract

Read online

Gizi buruk (malnutrisi) dan pendek badan anak (stunting) masih merupakan permasalahan kesehatan di Indonesia. ‘Aisyiyah sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan melalui program kesehatannya telah mendampingi pemerintah menjalankan program-program guna menurunkan angka malnutrisi dan stunting di Indonesia. Salah satunya adalah melalui program Rumah Gizi di beberapa kabupaten di tanah air. Melalui pendekatan kualitatif, dengan metode wawancara mendalam dan analisa dokumen, studi ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis implementasi program Rumah Gizi ‘Aisyiyah di tiga daerah yaitu Kabupaten Cianjur, Sambas, dan Mamuju. Melalui analisis kritis-budaya, yakni modernitas refleksif dalam pendekatan komunikasi kesehatan, hasil studi ini menunjukkan bahwa keberhasilan penerapan program kampanye dan advokasi Rumah Gizi untuk menurunkan angka malnutrisi dan stunting di wilayah studi melibatkan pendekatan budaya dan agama yang terintegrasi disamping penguatan dan pemberdayaan perempuan. Malnutrition and stunting remain a health problem in Indonesia. ‘Aisyiyah as one of the civil society organizations through its health program has assisted the government to reduce the number of malnutrition and stunting cases in Indonesia. One of them is through the Rumah Gizi program run in several districts in the country. Through a qualitative approach, in-depth interviews, and document analysis, this study aims to explain and analyse the implementation of the Rumah Gizi in three regions, namely Cianjur, Sambas, and Mamuju districts. Using a cultural approach—reflexive modernity in health communication, the findings of this study indicate that the success of Rumah Gizi campaign and advocacy program to reduce malnutrition and stunting requires an integrated cultural and religious approach as well as strengthening and empowering women.

Keywords