Patanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya (Jun 2015)

PERKEMBANGAN TAMAN KOTA DI BANDUNG MASA HINDIA BELANDA (1918-1942)

  • Hary Ganjar Budiman

DOI
https://doi.org/10.30959/patanjala.v7i2.91
Journal volume & issue
Vol. 7, no. 2
pp. 185 – 200

Abstract

Read online

Abstrak Penelitian ini berusaha menguraikan tentang perkembangan taman kota serta analisis persebarannya di Bandung pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Penelitian ini penting untuk dilakukan agar diketahui contoh pola perancangan taman kota yang baik dalam perkembangan kota. Penelitian ini menggunakan metode sejarah (heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi) dengan pendekatan sosio-spatial. Adapun konsep yang digunakan adalah “dialektika sosiospatial”, yaitu di suatu sisi masyarakat menciptakan dan memodifikasi ruang-ruang perkotaan namun di sisi lain, pada saat bersamaan, berbagai ruang berusaha disesuaikan agar sesuai dengan ruang-ruang tempat mereka tinggal dan kerja. Melalui penelitian ini diketahui bahwa pembangunan taman-taman kota dipengaruhi oleh peranan elit Eropa (Preangerplanters dan pejabat pemerintah) di Bandung. Pembangunan taman kota terjadi sepanjang tahun 1918 hingga 1925 bersamaan dengan rencana perpindahan ibu kota Hindia Belanda ke Bandung. Taman kota dibangun sebagai fasilitas publik yang berada di dekat lingkungan pendidikan, perumahan, dan pemerintahan. Pengambil kebijakan di masa itu menyadari pentingnya penyediaan ruang hijau ketika jumlah penduduk dan kehidupan kota semakin berkembang. Abstract This study tried to describe the development of the city park and the analysis of their distribution in Bandung during the reign of the Dutch East Indies. This research is important to do in order to know the examples of design pattern of a city park in both of the development of the city. This study uses historical methods (heuristic, criticism, interpretation, and historiography) with socio-spatial approach. The concept used in this research is the "dialectic sosiospatial" ; a society creates and modifies the urban spaces, but on the other hand, at the same time, a variety of space is tried to be adjusted to fit the spaces where they live and work.Through this research, can be inferred that the construction of city parks affected by the role of the European elite (Preangerplanters and government officials) in Bandung. City park development occurs throughout the 1918 to 1925 along with plans to transfer the capital of the Dutch East Indies to Bandung. City Park was built as a public facility that was located near an educational environment, housing, and governance. Policy makers at the time realized that the importance of providing green space when the population of city life is growing.

Keywords