Specta (May 2023)
Redesain Gedung Auditorium Sarsito Mangoenkusumo RRI Surakarta dengan Pendekatan Revitalisasi Cagar Budaya
Abstract
Today's traditional performing arts are starting to be pushed by modern cultural arts which are preferred by various groups. This is because the packaging of modern performing arts is more attractive when compared to traditional performing arts, so that especially young people, prefer modern cultural arts. Traditional performing arts are the legacy of our ancestors who have the values of human life. In addition, the packaging for a traditional performance is also interesting to see and appreciate as a regional traditional art. The RRI Surakarta auditorium building was established in 1958 and is a facility that is still in use today. This building is one of the venues for performing arts in Surakarta and has undergone several renovations. Its current condition has decreased in quality in terms of function. The RRI Surakarta building is a cultural heritage building so that efforts to preserve its physical aspects must refer to RI Law Number 11 of 2010 concerning Cultural Heritage. The preservation of this building needs more attention for the government and RRI itself. This conservation effort should be realized in the implementation of spatial planning as mandated in Law no. 26 of 2007 concerning Spatial Planning which explains that in spatial planning management must pay attention to various aspects, including cultural values contained in historic areas. In a more micro scope, conservation efforts need to be made to buildings and the environment that are designated as cultural heritage, as mandated in Law no. 28 of 2002 concerning Buildings. This study will use a descriptive analytic method that uses a location image to determine the feasibility level. So that it will produce designs that are able to accommodate the needs of the modern era without neglecting its status as a cultural heritage. Keywords: cultural heritage, redesign, auditorium, culture Abstrak Seni pertunjukan tradisional saat ini mulai terdesak oleh seni budaya modern yang lebih disukai oleh berbagai kalangan. Hal ini disebabkan kemasan seni pertunjukan modern lebih menarik jika dibandingkan dengan seni pertunjukan tradisional, sehingga sebagian masyarakat khususnya kaum muda lebih menyukai seni budaya modern. Seni pertunjukan tradisional merupakan peninggalan leluhur nenek moyang yang memiliki nilai-nilai kehidupan manusia. Selain itu, kemasan sebuah pertunjukan tradisional juga menarik untuk dilihat dan dihayati sebagai kesenian tradisional daerah. Gedung auditorium RRI Surakarta didirikan pada tahun 1958 dan merupakan fasilitas yang masih digunakan hingga sekarang. Gedung ini menjadi salah satu tempat pertunjukan kesenian yang ada di Surakarta dan telah mengalami beberapa kali renovasi namun kondisinya saat ini mengalami penurunan kualitas dari segi fungsi. Bangunan RRI Surakarta termasuk gedung cagar budaya sehingga upaya pelestarian aspek fisiknya harus mengacu pada UU RI Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Kelestarian bangunan ini perlu mendapatkan perhatian lebih bagi pemerintah maupun pihak RRI sendiri. Upaya pelestarian ini sebaiknya diwujudkan dalam penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menjelaskan bahwa dalam penyelenggaraan penataan ruang harus memperhatikan berbagai aspek, termasuk nilai budaya yang terkandung dalam kawasan bersejarah. Dalam lingkup yang lebih mikro, upaya pelestarian perlu dilakukan terhadap bangunan gedung dan lingkungan yang ditetapkan sebagai cagar budaya, sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif analitik yang menggunakan gambar lokasi untuk kemudian diketahui tingkat kelayakannya. Sehingga akan dihasilkan hasil desain yang mampu meangakomodasi kebutuhan pada era modern saat ini tanpa mengabaikan statusnya sebagai cagar budaya. Kata Kunci: cagar budaya, redesain, auditorium, budaya
Keywords