Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Apr 2017)

Jula-Juli Pandalungan dan Surabayan Ekspresi Budaya Jawa-Madura dan Jawa Kota

  • Aris Setiawan,
  • Suyanto Suyanto,
  • Wisma Nugraha Ch. R.

DOI
https://doi.org/10.24821/resital.v18i1.2232
Journal volume & issue
Vol. 18, no. 1
pp. 1 – 12

Abstract

Read online

Jula-juli dianggap sebagai salah satu gending di Jawa Timur yang mampu mencerminkan ciri khas-karakter musikal masyarakat Jawatimuran. Pandangan ini diperoleh karena hampir setiap wilayah di Jawa Timur menggunakan gending ini sebagai identitas musikal mereka. Indikasinya, nama gending Jula-juli senantiasa diikuti oleh nama wilayah di Jawa Timur, semisal Jula-juli Surabayan, Pandalungan, Jombangan, Malangan, dan lain sebagainya. Uniknya, walaupun gending ini memiliki kerangka musikal yang sama, namun mampu memunculkan kesan, karakter, nuansa dan suasana yang berbeda antar satu daerah dengan yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan yang dibangun antara Jula-juli Pandalungan dan Surabayan sebagai fakta musikal dengan dimensi pengalaman pelakunya sebagai fakta kultural. Penelitian ini menggunakan pendekatan estetik dan sosiologi musik. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa Jula-juli Pandalungan adalah representasi dari masyarakat keturunan Jawa-Madura dalam upaya menjadi Jawa sejati, sementara Jula-juli Surabayan adalah pengkultusan dari karakter budaya kota. Keduanya dapat menyatu sebagai entitas musikal dalam pertunjukan dan menjadi wacana perlawanan antara dominasi Jawa dan masyarakat pendatang. Jula-Juli Pandalungan and Surabayan: The Expression of Javanese-Madurese and Javanese Urban Culture. Jula-juli is considered as one of gending (traditional music) pieces in East Java which is able to reflect its musical characteristic of Jawatimuran society. This opinion gained by the fact that almost every region in East Java uses this gending as their musical identity. The indication points out the name of Jula-juli gending which is followed by the name of region of East Java, for instances Jula-juli Surabayan, Pandalungan, Jombangan, Malangan, etc. Although the unique thing of this gending has samilar musical frame among those regions, but it is capable to emerge such as sense, character, nuance, and different atmosphere among the regions. This research is aimed to reveal the relation which is built between Jula-juli Pandalungan and Surabayan as the musical fact to the dimension of the experiences owned by the subjects as the cultural fact. This research applies approaches of estetic and of sociological of music. The result of the research shows that Jula-juli Pandalungan is the representation of the society of Javanese-Madurese generation for the effort as being the true Javanese, meanwhile Jula-juli Surabayan is the form of cult from the character of urban culture. Both are able to unite as the musical entity on a performance, but on the other hand, it can be the resistance discourse between Javanese domination and migrant community.

Keywords