Jurnal Sosiologi Reflektif (Oct 2021)

KONSTRUKSI SOSIAL PERILAKU KEAGAMAAN ANAK DI LOKALISASI WERU, KEDIRI

  • Trimurti Ningtyas,
  • Fauzi Adhe Pradhana

DOI
https://doi.org/10.14421/jsr.v16i1.2120
Journal volume & issue
Vol. 16, no. 1
pp. 73 – 94

Abstract

Read online

Prostitution complex has so far been labeled as a risky place for the child's growth process, as well as in the aspect of forming religious behavior. This article intends to answer the question of how the process of forming religious behavior of the child in the prostitution complex at Weru, Kediri. This study uses a qualitative approach by observing and doing in-depth interviews with children, parents who work as prostitutes, pimps, mosque administrators and the head of POKJA at the prostitutions site, as data collection techniques. Concerning theoretical perspective, this research employs the Social Construction theory of Peter L. Berger. The results revealed that the children at the prostitution complex of Weru could not carry out religious activities properly because their family and surrounding environment was not supportive. The social construction that is formed the prostitution complex does not show religious values that should become the main focus of life. Lokalisasi selama ini dilabelkan sebagai tempat yang riskan untuk proses tumbuh kembang anak, demikian pula dalam aspek pembentukan perilaku religius. Artikel ini bermaksud untuk menjawab pertanyaan bagaimana proses pembentukan perilaku keagamaan anak-anak di lokalisasi Weru Kediri dengan menggunakan teori Konstruksi Sosial dari Peter L. Berger. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara mendalam terhadap anak-anak di lokalisasi, para orangtua yang bekerja sebagai PSK, mucikari, pengurus masjid, dan ketua POKJA di lokalisasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa anak-anak di lokalisasi Weru ini tidak dapat menjalankan kegiatan keagamaan dengan baik karena faktor keluarga dan lingkungan yang kurang mendukung. Konstruksi sosial yang terbentuk dalam lokalisasi ini tidak menunjukkan nilai-nilai religius yang seharusnya menjadi tumpuan utama kehidupan.

Keywords