Gema Teologika (Oct 2024)

Bedah Kosmetik: Modifikasi Tubuh atau Modifikasi Kehidupan?

  • Magdalena Pura Adiputra Artarini

DOI
https://doi.org/10.21460/gema.2024.92.1215
Journal volume & issue
Vol. 9, no. 2
pp. 191 – 206

Abstract

Read online

Abstract Nowadays, cosmetic surgery has become a trend that absorbs a lot of public attention and still hot to discuss. These phenomenon leads to fundamental questions about the motivation behind someone undergoing cosmetic surgery and how individuals perceive their bodies. By gathering secondary data from various literature related to cosmetic surgery, it was found that the phenomenon is strongly influenced by several factors such as socio-cultural, psychological and economic aspect. These factors explain how individuals internalize widespread beauty norms, seeing cosmetic surgery as a goal to improve the quality of life, until the body is seen as a commodity that can be traded. This of course, affect how they view their bodies. However, cosmetic surgery also faces issues related to health risks, body image, life satisfaction, ethical dilemmas and moral issues. Therefore, theology needs to be present to provide consideration for those interested in or planning to undergo cosmetic surgery, by discussing the uniqueness of creation in the likeness and image of God, the body as the abode of the Spirit and the moral responsibility of the body. While there’s no definitive answer as to whether cosmetic surgery is permissible or not, theology serves as a means to reassess the motivations, impacts for those considering cosmetic surgery and to offer thoughtful considerations on the matter. Abstrak Hingga kini trend bedah kosmetik banyak menyerap atensi publik dan hangat diperbincangkan. Membawa pada pertanyaan mengenai apa motivasi dibalik seseorang melakukan bedah kosmetik dan bagaimana ia memandang tubuhnya. Dengan mengumpulkan data-data sekunder melalui berbagai literatur terkait topik bedah kosmetik didapatkan temuan bahwa fenomena bedah kosmetik kuat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sosial-budaya, psikologi dan ekonomi. Faktor-faktor tersebut menjelaskan mulai dari bagaimana seseorang menginternalisasi norma kecantikan yang beredar secara masif, melihat bedah kosmetik sebagai tujuan meningkatkan kualitas hidup, hingga tubuh dilihat sebagai komoditas yang dapat diperjual-belikan; tentu ini berpengaruh pada bagaimana mereka memandang tubuhnya. Resikonya bedah kosmetik menghadapi persoalan di publik terkait dengan resiko kesehatan, citra tubuh, kepuasan hidup, permasalah etis serta moral. Oleh sebab itu teologi perlu hadir untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan bagi mereka yang tertarik atau ingin melakukan beda kosmetik melalui pembicaraan tentang keunikan ciptaan terkait gambar-rupa Allah, tubuh sebagai kediaman Roh dan tanggung jawab moral pada Tubuh. Meski tidak ada jawaban yang tegas akan boleh atau tidaknya bedah kosmetik dilakukan, namun teologi hadir sebagai sarana menilik kembali motivasi, dampak, dari seseorang yang ingin melakukan bedah kosmetik dan memberikan pertimbangan terhadapnya.

Keywords