Majalah Kedokteran Andalas (Oct 2018)
Outcome trabekulektomi terhadap kontrol tekanan intraokular
Abstract
Tujuan: Membandingkan outcome pada tindakan trabekulektomi, trabekulektomi dengan MMC dan trabekulektomi dengan ekstraksi katarak. Metode: Penelitian retrospektif dari rekam medis pasien poliklinik Mata RSUP Dr. M. Djamil Padang. Hasil: Terdapat 64 kasus dari 46 pasien pada penelitian ini, dengan rasio laki-laki dan perempuan yaitu 1:1. Usia pasien berkisar antara 19 tahun hingga 90 tahun. Dari keseluruhan pasien didapatkan diagnosa POAG pada 67,2% kasus, PACG pada 18,8% kasus, glaukoma juvenile pada 6,2% kasus, dan glaukoma sekunder pada 7,8% kasus. Prosedur yang paling banyak dilakukan adalah trabekulektomi (28 mata) diikuti oleh trabekulektomi dikombinasikan dengan ekstraksi katarak (21 mata) dan trabekulektomi dengan MMC (15 mata). Trabekulektomi atau trabekulektomi dengan MMC menghasilkan efek pengendalian TIO yang lebih baik, yaitu 16,35±7,30 mmHg dan 13,23±6,46 mmHg, dibandingkan dengan trabekulektomi yang dikombinasikan dengan ekstraksi katarak (17,70±5,66 mmHg). Namun demikian, 42,85% kasus setelah trabekulektomi dan 50% kasus setelah trabekulektomi dikombinasikan dengan ekstraksi katarak masih memerlukan setidaknya satu obat untuk mencapai rentang TIO normal dibandingkan dengan hanya 7,14% kasus setelah trabekulektomi dengan MMC. Simpulan: Trabekulektomi dengan MMC lebih unggul daripada trabekulektomi atau trabekulektomi dikombinasikan dengan ekstraksi katarak dalam menurunkan tekanan intraokular (TIO) dan bermanfaat bagi kontrol TIO dalam jangka panjang.
Keywords