Langkau Betang: Jurnal Arsitektur (Sep 2016)
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI AKSES PUBLIK DAN OPEN SPACE DI KAWASAN SENG HIE PONTIANAK
Abstract
Sungai merupakan milik publik, sungai tidak hanya bisa dimanfatkan untuk media transportasi, tapi juga merupakan kekayaan alam yang dapat dinikmati secara visual. Jika dapat dinikmati dengan leluasa, masyarakat juga dapat mengawasi pemanfaatan sungai. Sungai yang tidak dapat diawasi dapat mengakibatkan kerusakan dan pencemaran sungai. Kota Pontianak merupakan kota air (waterfront city) yang pengembangannya mengharuskan menghargai sungai sebagai pusat orientasi. Sebagai media yang membantu berjalannya aktifitas transportasi dan pelayanan kegiatan perdagangan, sungai Kapuas merupakan milik publik. Untuk itu sungai harus bisa diakses publik dan dapat dinikmati sebagai area pelayanan masyarakat. Masyarakat berhak mengakses ke arah sungai, menikmati pemandangan dan aktifitas sungai, sehingga dapat ikut menjaga fasilitas yang disediakan bagi kepentingan publik. Namun dewasa ini, aktifitas di tepian sungai Kapuas di wilayah Seng Hie terbatas hanya pada pengguna langsung dari kawasan waterfront tersebut, yaitu pengguna sampan dan yang sudah terbiasa melakukan aktifitas memancing. Kondisi tersebut menjadi latar belakang penelitian, yang bertujuan untuk menganalisis keberadaaan akses publik dan open space di kawasan waterfront Seng Hie, serta apakah akses publik dan open space yang tersedia sudah memudahkan masyarakat untuk berhubungan langsung dan menikmati area waterfront, sehingga sesuaian dengan kaidah waterfront. Penelitian dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu mengidentifikasi akses publik dan open space di kawasan waterfront Seng Hie dan evaluasi kesesuaian dengan kaidah waterfront. Kawasan waterfront Seng Hie, memiliki keunikan yang memberi karakter yang menjadi citra Kota Pontianak.Anmun, berikut adalah hasil temuan dalam penelitian ini. Akses publik dan open space belum mampu menarik perhatian pengunjung. Akses yang berhadapan dengan jalan kebanyakan ditutupi dengan adanya PKL yang kumuh dan membuat orang tidak tertarik untuk berkunjung. Akses yang tersedia beragam lebar dan kondisi fisiknya, ada yang permanen namun ada juga yang masih menggunakan kayu dengan konstruksi yang rusak dan sudah tua. Kawasan ini telah dilengkapi dengan adanya promenade namun belum bisa melayani aktifitas publik dan memberi kenyamanan pada pengunjung. Terdapat aktifitas unik yaitu penyeberangan sungai menggunakan sampan. Tapi, belum terdapat sarana untuk bersosialisasi dengan maksimal. Promenade belum memberikan rasa nyaman dan aman, karena belum tersedia pagar pembatas agar pengunjung tidak jatuh ke sungai River is a public property. The river is can not only be used for the transportion, but also as a natural resource that can be enjoyed visually. If it can be enjoyed freely, people can also controll the use of the river. A river that can not be monitored can make the river damage and create a pollution. Pontianak is a riverfront city which it development requires a river as the center of the development orientation. As the transport medium and service trade, the Kapuas river should be accessible to the public and can be enjoyed as a public area. The public have a right to access the river, enjoy the scenery and river activities, and uses the facilities provided. In fact, the activity on the banks of the Kapuas river in the Seng Hie area, strictly limited to the direct users of the waterfront area. Communities outside the region can not enjoy waterfront area freely. This study aimed to analyze the existence of public access and open space in the Seng Hie area, whether it meets the requirements according to the rules of designing waterfront region. Stages of analysis used in the study consists of two phases, which is identifies public access and open space in the Seng Hie region and evaluate the suitability of the first stage identification result to the rules of designing waterfront region. Seng Hie area has a unique character that gives the image of the city of Pontianak. This area has the potential to be developed. This area already has the appeal of the inherent function, namely trade. This makes this area very easily become a magnet to invite more people to visit. REFERENCES Breen, Ann dan Dick Rigby. (1994). Waterfront, Cities Reclaim Their Edge. Mc.Graw Hill. New York Breen, Ann dan Dick Rigby. (1996). The New Waterfront: A Worldwide Urban Success Story. Mc.Graw Hill. New York Department of City Planning, Waterfront Urban Design Technical Advisory Committee. (1997). The Port of San Francisco Waterfront Design & Access: An Element of the Waterfront Land Use Plan, Port of San Francisco. San Francisco. Garnham, Harry Launce. (1985) Maintaining the Spirit of Place: a Process for the preservation of Town Character. PDA Publisher Corp. Madison Garnham. H. L. (1976). Maintaining the Spirit of Place: A Guidebook for Citizen/professional Participation in the Preservation and Enhancement of Small Texas Towns. A & M University Printing. Texas. Jumaylinda. (2007). Kualitas Visual Fasad Bangunan Komersil Seng Hie. Thesis. UGM. Yogyakarta Maryono, Agus; Parikesit, Danang. (2003). Transportasi Sungai Mulai Ditinggalkan. Kompas, 01 Mei 2003 Wrenn, Douglas M, dkk. (1983). Urban Waterfront Development. Urban Land Institute. Michigan