Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum (Jan 2019)
KIAI PESANTREN DAN PEMIKIRANNYA TENTANG NUSYUZ (STUDI KASUS DI KABUPATEN JEMBER)
Abstract
Kiai Pesantren tidak sekadar guru. Ia juga menjadi tempat berkeluh kesah semua persoalan masyarakat. Termasuk dalam masalah perkawinan. Termasuk dalam persoalan perkawinan. Salah satu persoalan itu adalah tentang nusyuz. Nusyuz seringkali ditimpakan pada seorang perempuan (istri) yang seringkali meninggalkan persoalan relasi gender. Penelitian lapangan ini memotret pandangan Kiai Pesantren di Jember Jawa Timur tentang nusyuz. Penelitian kualitatif ini menemukan bahwa kefariatifan berfikir Kiaia dapat dilihat dari cara-cara mereka berpendapat yang kemudian oleh peneliti dianalisis dengan menggunakan metode Bayani, Qiyasi, Istislahi. Dan dari hasil analisis tersebut ditemukan dua metode istinbath yang digunakan oleh para kiai Jember, yaitu; istinbath bayani dan istinbath istislahi. Terkait dengan adanya penafsiran ayat nusyuz, penelitian ini menemukan dua corak penafsiran yaitu (1) corak penafsiran tekstual yang terekam lewat kekakuan mereka ketika menafsirkan ayat nusyuz, dan lebih menitik beratkan kepada kekuasaan seorang suami untuk melakukan sebuah tindakan kepada seorang istri. (2) corak penafsiran kontekstual terlihat lewat penafsiran mereka yang lebih cenderung kepada pengkajian ulang terhadap ayat-ayat nusyuz sehingga terkesan bahwa nusyuz tidak hanya dimiliki oleh istri. Hal ini disebabkan karena adanya pro dan kontra terhadap pemikiran nusyuz yang lebih humanis. Head of boarding school (Kiai Pesantren) is not just a teacher. He also became a place to complain about all the problems of the community. Included in the issue of marriage. Included in the issue of marriage. One of the problems is about Nusyuz. Nusyuz is often inflicted on a woman (wife) who often leaves the issue of gender relations. This field research portrays the views of Kiai Islamic Boarding Schools in Jember, East Java, about Nusyuz. This qualitative research found that the effectiveness of Kiaia's thinking can be seen from the ways they argued that the researchers then analyzed it using the Bayani, Qiyasi, Istislahi method. And from the results of the analysis found two istinbath methods used by the Jember scholars, namely; istinbath bayani and istinbath istislahi. In connection with the interpretation of the nusyuz verse, this study found two interpretive features, namely (1) the style of textual interpretation recorded through their rigidity when interpreting the verse nusyuz, and more focused on the power of a husband to take an action to a wife. (2) the style of contextual interpretation can be seen through their interpretation which is more inclined to a reassessment of the nusyuz verses so that it seems that nusyuz is not only owned by the wife. This is due to the existence of pros and cons of the more humanistic thoughts of Nusyuz.
Keywords