Jentera: Jurnal Kajian Sastra (Jul 2024)

Nilai Estetika pada Puisi Mantra Sunda di Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut

  • Tasya Nur Ilmi,
  • Chye Retty Isnendes,
  • Agus Suherman

DOI
https://doi.org/10.26499/jentera.v13i1.7325
Journal volume & issue
Vol. 13, no. 1

Abstract

Read online

Mantra is one of the ancient forms of poetry that holds its own uniqueness in the realm of literature. Its uniqueness lies not only in its linguistic aspects, which are captivating, but also in its perceived magical powers. This study aims to inventory mantras that are still found scattered in Cilawu District, Garut Regency, accompanied by an aesthetic value analysis. The method employed is descriptive analytics with fieldwork techniques including observation, documentation, and interviews. The data collected from the field consists of 50 mantras, comprising 15 asihan mantras, 12 jangjawokan mantras, 5 jampe mantras, 9 singlar mantras, 2 rajah mantras, and 7 ajian mantras. However, for the purpose of this study, 6 types of mantras were sampled for analysis. The aesthetic values embedded in the mantras encompass philosophical aesthetics, language style, and linguistic sound. The philosophical aesthetic values found in the mantra poems encompass moral, social, psychological, historical, and religious values. The language styles employed include metaphor, association, hyperbole, personification, and simile. The linguistic sounds exhibit eight patterns, namely purwakanti pangluyu, purwakanti mindoan kawit, purwakanti laras madya, purwakanti cakraswara, purwakanti rangkepan, purwakanti laras wekas, purwakanti mindoan wekas, purwakanti margaluyu, purwakanti laras purwa, and purwakanti mindoan kawit. Abstrak Mantra merupakan salah satu bentuk puisi lama yang memiliki keunikan tersendiri dalam khazanah sastra. Keunikan tersebut di samping terletak pada aspek kebahasaannya yang bersifat eksitoris, juga dianggap memiliki kekuatan magis. Kajian ini bertujuan untuk menginventarisasi mantra yang masih tersebar di Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, dengan disertai kajian nilai estetika. Metode yang digunakan, yaitu deskriptif analitik dengan teknik kerja lapangan berupa inventarisasi, dokumentasi, dan wawancara. Data yang terkumpul dari lapangan adalah 50 mantra, yang terdiri atas 15 mantra asihan, 12 mantra jangjawokan, 5 mantra jampe, 9 mantra singlar, 2 mantra rajah, dan 7 mantra ajian. Namun, pada penelitian ini diambil sampel 6 jenis mantra untuk dianalisis. Nilai estetika yang terkandung dalam mantra tersebut meliputi estetika filosofis, gaya bahasa, dan bunyi bahasa. Nilai estetika filosofis pada puisi mantra, yaitu nilai moral, nilai sosial, nilai psikologis, nilai historis, dan nilai religi. Gaya bahasa yang digunakan di antaranya majas metafora, majas asosiasi, majas hiperbola, majas personifikasi, dan majas simile. Adapun bunyi bahasa memiliki delapan pola, yaitu purwakanti pangluyu, purwakanti mindoan kawit, purwakanti laras madya, purwakanti cakraswara, purwakanti rangkepan, purwakanti laras wekas, purwakanti mindoan wekas, purwakanti margaluyu, purwakanti laras purwa, dan purwakanti mindoan kawit.

Keywords