Region: Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif (Jul 2020)

Model pertumbuhan kota (urban growth) di Kabupaten Manggarai Timur sebagai administrasi wilayah baru (startup)

  • Abdul Wahid Hasyim,
  • Gunawan Prayitno,
  • Hyang Iman K Gusti

DOI
https://doi.org/10.20961/region.v15i2.38063
Journal volume & issue
Vol. 15, no. 2
pp. 225 – 242

Abstract

Read online

Kabupaten Manggarai Timur merupakan hasil pemekaran wilayah dari administrasi Kabupaten Manggarai tepatnya pada tanggal 17 Juli 2017. Sebagai wilayah kabupaten baru (startup), Kabupaten Manggarai Timur masih dalam proses pengembangan dan pembangunan wilayah. Seiring berjalannya waktu, jumlah penduduk di Kabupaten Manggarai Timur semakin meningkat akibat beberapa faktor dan berdampak pada bertambahnya jumlah kebutuhan lahan. Kebutuhan lahan tersebut diwujudkan dengan bertambahnya luas lahan terbangun dibeberapa kawasan dengan berbagai fungsi seperti perumahan, fasilitas umum, perdagangan, dan fungsi lainnya. Bertambahnya luas lahan terbangun akan membentuk sebuah embrio kota yakni bibit awal (startup) terjadinya pertumbuhan kota (urban growth). Peristiwa demikian tentu menimbulkan perubahan fungsi lahan dan rentan terhadap munculnya permasalahan kota di masa yang akan datang apabila tidak diatur dengan regulasi yang kuat. Sehingga diperlukan sebuah kajian penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap sebagai pemicu utama terjadinya perubahan tutupan lahan, khususnya bertambahnya lahan terbangun sebagai wujud pertumbuhan kota (urban growth). Penelitian ini menggunakan metode penginderaan jauh (Remote Sensing) dengan teknologi GIS pengolahan Raster Citra Satelit 8 OLI Kabupaten Manggarai Timur dengan tanggal akuisi 22 Maret 2013 dan 11 November 2018. Sampel yang digunakan adalah kondisi lapangan disetiap desa. Berdasarkan hasil keseluruhan analisa data, bahwa pada tahun 2013 dan tahun 2018 pertumbuhan lahan terbangun disetiap desa sangat dipengaruhi oleh faktor kemiringan lahan, kepadatan penduduk, jarak titik pusat desa dengan jalan kolektor terdekat, dan kekuatan pusat aktivitas disuatu kecamatan. Sebagai rekomendasi dalam pengendalian pertumbuhan kota maka diprioritaskan untuk mengontrol jumlah kepadatan penduduk disetiap kawasan.

Keywords