Jurnal Nalar Pendidikan (Jun 2023)

IMPOSTER SYNDROME DI KALANGAN SANTRI PESANTREN X (DISAMARKAN) DAN PERAN PESANTREN DALAM PENANGGULANGAN

  • Akhmad Saputra Syarif,
  • Muh. Wahyu Al Fadly,
  • Fathinah Mardhatillah,
  • Faiz Asrori Abdullah

DOI
https://doi.org/10.26858/jnp.v11i1.45812
Journal volume & issue
Vol. 11, no. 1
pp. 17 – 26

Abstract

Read online

Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan bagaimana impostor syndrome di kalangan santri/santriwati penghafal Al-Qur’an dan juga untuk mengetahui bagaimana kesiapan pesantren untuk menangani kasus impostor syndrome. Penelitian dilakukan di sebuah pesantren di Makassar (Pesantren x). Seringkali para penghafal Al-Qur’an dianggap sebagai orang-orang pilihan yang memutuskan untuk melestarikan ayat-ayat Tuhan sehingga mereka dianggap masyarakat sebagai orang paling baik diantara manusia. Namun untuk berada di posisi tersebut tidaklah mudah karena harus menghafal Al-Qur’an dengan kuantitas yang cukup banyak. Hal inilah yang mengharuskan penghafal memforsir dirinya untuk melakukan pengulangan secara terus-menerus.Kondisi tersebut, menghantarkan banyak siswa pada burnout phenomenon, yang membuat mereka lebih memilih bolos, berhenti atau bahkan stres.Sering kali kondisi yang memiliki hubungan dengan burnout phenomenon adalah impostor syndrome yang juga sekarang mendapat banyak ulasan dan menjadi perbincangan populer dibanyak penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian mix method research. Peneliti menggunakan metode kuantitatif untuk mengetahui impostor syndrome di kalangan santri/santriwati penghafal Al-Qur’an di pesantren x. Sementara itu untuk mengetahui kesiapan pesantren x untuk menangani kasus impostor syndrome, peneliti menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan angka fantastis mengenai para santri yang mengalami impostor syndrome, tidak satupun di antara subjek penelitian yang berjumlah 33 orang yang memiliki pengalaman imposter yang ringan. Sebagian besar berada pada kategori “sedang (15 Responden) dan sering (17 responden) bahkan ada satu orang di antara mereka teridentifikasi memiliki gejala impostor syndrome yang intens. Sementara itu dalam wawancara ditemukan pesantren x tidak cukup memiliki kesiapan yang baik dalam menanggulangi impostor syndromedi kalangan santri/santriwati.