Jurnal Neuroanestesi Indonesia (Nov 2018)

Penatalaksanaan Anestesi untuk Tindakan Anterior Cervical Dissection Fussion pada Pasien dengan Fraktur Kompresi Vertebra Servikalis 5

  • Agus Baratha Suyasa,
  • A. Himendra Wargahadibrata

DOI
https://doi.org/10.24244/jni.vol1i1.78
Journal volume & issue
Vol. 1, no. 1
pp. 1 – 9

Abstract

Read online

Kasus trauma masih merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Di Amerika lebih dari 90.000 orang meninggal setiap tahunnya karena kasus trauma, yang paling sering karena kecelakaan kendaraan bermotor dan kasus kekerasan. Diperkirakan 20% dari korban tersebut mengalami trauma multipel dan juga mengalami cedera medula spinalis. Sekitar 55% cedera pada tulang belakang terjadi pada daerah servikal dan diperkirakan 5% dari penderita cedera kepala juga mengalami cedera pada tulang belakang. Seorang laki-laki 21 tahun akan dilakukan operasi Anterior Cervical Dissection Fussion (ACDF) karena mengalami cedera medula spinalis lesi inkomplit Frankle C karena fraktur kompresi vertebra servikalis 5. Tujuh hari sebelum masuk rumah sakit penderita jatuh dari atap rumah. Keluhan utama 2 Jurnal Neuroanestesia Indonesia yang dirasakan tangan dan kaki tidak dapat digerakan. Operasi dilakukan dengan anestesi umum, menggunakan pipa endrotrakeal no 7,5, dengan ventilasi kendali. In line position saat melakukan laringoskopi intubasi. Premedikasi dengan fentanyl 100 _g, lidokain 1,5 mg/KgBB 3 menit sebelum intubasi, induksi dengan propofol 100 mg. Fasilitas intubasi menggunakan atrakurium 0,5 mg/KgBB. Pemeliharaan anestesi dengan O2, N2O, Isofluran serta propofol kontinyu 100 mg /jam. Selama operasi hemodinamik stabil, tekanan darah sistolik 90-125 mmHg, tekanan darah diastolik 42-78 mmHg, laju nadi 62-82 x/mnt dan SpO2 99%. Ekstubasi dilakukan di kamar operasi segera setelah operasi selesai. Post operasi pasien dirawat di NCCU. Struktur anatomi tulang servikal yang tipis sangat memudahkan terjadinya fraktur, sehingga medula spinalis pun sangat mudah mengalami cedera. Jaringan saraf dapat mengalami cedera akibat peregangan, kompresi maupun laserasi. Disrupsi fisikal pada medula spinalis dapat menyebabkan kehilangan fungsi secara komplit dan irreversibel. Prinsip utama penatalaksanaan penderita dengan cedera medula spinalis pada fraktur tulang belakang adalah tidak memperburuk cedera medula spinalis yang sudah terjadi serta melakukan proteksi terhadap medula spinalis baik secara mekanik maupun kimiawi. Mempertahankan aliran darah medula spinalis dan mencegah edema pada medula spinalis merupakan salah satu prinsip penting dalam proteksi medula spinalis dan memperbaiki outcome pasien. Assesmen awal terhadap pasien yang mengalami fraktur tulang servikal selalu dimulai dari airway, breathing, circulation dan kemudian resusitasi dilakukan secara simultan. Ekstensi dan traksi axial yang berlebihan harus dihindari. Stabilisasi dapat dilakukan dengan pemasangan servikal collar atau manual in line pada saat laringoskopi intubasi. Perhatikan komplikasi syok spinal dan cedera medula spinalis. Pemilihan obat-obat anestesi yang memiliki efek proteksi terhadap medula spinalis. Anesthetic Management for Anterior Cervical Dissection Fusion Procedure in Patient with Compression Fracture of the 5th Cervical Spine Trauma is still the most cause of death in the world. In America more than 90,000 people die because of trauma, mostly traffic accident and violence. Around 20% of the victim had multiple trauma and spinal cord injury. Around 55 % patient of spine injury was located at cervical part and 5% of patient with head injury should have spine injury. A male, 21 years old, with spinal cord injury incomplete lesion Frankle C because of compression fracture of the 5th cervical spine undergone ACDF (Anterior Cervical Dissection Fusion) procedure. Seven days before enter the hospital, the patient has fell down from the roof. He was unable to move his hands and legs. The procedure was perform in general anesthesia, using ETT No 7,5, controlled ventilation. In line position while performed laringoscopy intubations. Fentanyl 100 μg intravenous, lidocain 1,5 mg/Kg 3 minutes before intubations has used as premedications. Induction of anesthesia was performed with propofol 100mg and atracurium 0,5mg/Kg for intubations facilitation. Maintenance of anesthesia was used O2, N2O, Isoflurane and Propofol 100 mg/hour. During the operation, haemodynamic remain stable, systolic blood pressure 90 – 125 mmHg, diastolic blood pressure 42-78 mmHg, heart rate 62-82 bpm and SaO2 99 %. The patient was extubated in the operating theatre after the end of surgery. Post operative patient was transferred to the NCCU. Anatomic structure of the cervical spine are thin, these make them vulnerable to injury. The spinal cord is vulnerable also when fracture of the spine occur. Spinal cord and the neuronal tissue may injure from stretching, compression and laceration. Physical disruption of spinal cord can cause the complete and irreversible loss of function. The main principle in manage spine fracture do not worsen the existing spinal cord injury by protecting the spinal cord mechanically and chemically. Maintain the spinal cord blood flow and prevent the edema may improve the patient outcome. Early assessment for spine fracture including airway, breathing and circulation must be done, and resuscitation performed simultaneously. Excessive extension or axial traction must be avoided. Stabilization of the spine can be done by cervical collar or manual in line position during intubations. Prevent the spinal shock complication and further spinal cord injury. Use the anesthetic agent which has the spinal cord protection effect.

Keywords