Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan (Dec 2017)

BAHASA INDONESIA, DAERAH, DAN ASING DI WILAYAH PERBATASAN: Studi pada Bahasa Walsa dan Muyu

  • Buha Aritonang

DOI
https://doi.org/10.24832/jpnk.v2i2.661
Journal volume & issue
Vol. 2, no. 2
pp. 180 – 200

Abstract

Read online

People’s perception in border area toward bahasa Indonesia, local and foreign languages is still relevant to be observed. In this regard, the study purpose is to describe the characteristics of Banda and Kombut respondents who live in the border areas of Indonesia and Papua New Guinea and their perceptions toward bahasa Indonesia (language of Indonesian people), local languages (Walsa and Muyu), and foreign language (Papua New Guinea language) which related to the policy on Indonesian and local assistance. To reach that goal, this research model is using quantitative model with descriptive method. This research is classified as field research with primary and secondary data types. The sample consists of 108 respondents of Kampung Banda and 110 of Kampung Kombut. The data were processed by simple tabulation analysis and Likert scale with reference to the average score formula. The results of this research indicate that Banda people’s perception is very positive towards bahasa Indonesia, positive to Walsa language, and not positive to Papua New Guinea language. Kombut people’s perception is positive towards bahasa Indonesia, quite positive both towards Muyu and of Papua New Guinea language. The perceptions of those two communities toward bahasa Indonesia, and their local languages due to loyalty, proudness, and awareness of bahasa Indonesia, Walsa, and Muyu norms. The results of people’s perception toward Papua New Guinea language which are Banda is not positive and Kombut is quite positive as they do not use the language as a medium of daily communication. Abstrak: Masyarakat tutur di wilayah perbatasan terhadap bahasa Indonesia, daerah, dan asing masih relevan untuk dicermati. Sehubungan dengah hal itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden masyarakat Banda dan Kombut yang berdomisili di wilayah perbatasan Indonesia dan Papua Nugini dan persepsi mereka terhadap bahasa Indonesia, daerah (bahasa Walsa dan Muyu), dan asing (bahasa Negara Papua Nugini) yang berkaitan dengan kebijakan pembinaan bahasa Indonesia dan daerah. Untuk mencapai tujuan itu, model penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini tergolong penelitian lapangan dengan jenis data primer dan sekunder. Sampel terdiri atas 108 masyarakat tutur Kampung Banda dan 110 Kampung Kombut. Data diolah dengan analisis tabulasi sederhana dan skala Likert dengan mengacu pada rumus skor rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat Banda adalah sangat positif terhadap bahasa Indonesia, positif terhadap bahasa Walsa, dan tidak positif terhadap bahasa Negara Papua Nugini. Persepsi masyarakat Kombut adalah positif terhadap bahasa Indonesia, cukup positif terhadap bahasa Muyu, dan cukup positif terhadap bahasa Negara Papua Nugini. Kedua kelompok masyarakat tersebut berpersepsi demikian terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing karena mereka setia, bangga, dan sadar adanya norma bahasa Indonesia, Walsa, dan Muyu. Persepsi masyarakat Banda adalah tidak positif dan masyarakat Kombut cukup positif terhadap bahasa Negara Papua Nugini karena mereka tidak menggunakan bahasa Negara itu sebagai media komunikasi sehari-hari.

Keywords