JGE (Nov 2023)

PEMODELAN TSUNAMI BERDASARKAN AMPLITUDO MAKSIMUM HISTORIS GEMPABUMI DI PESISIR JAILOLO SELATAN

  • Rahim Achmad,
  • Suryani Taib,
  • Rohima Wahyu Ningrum,
  • Wiwit Suryanto,
  • Marwis Aswan,
  • Ramdani Salam,
  • Risky Nuri Amelia,
  • Hesti Hesti

DOI
https://doi.org/10.23960/jge.v9i3.338
Journal volume & issue
Vol. 9, no. 3
pp. 231 – 247

Abstract

Read online

Pangkalan data paleo-tsunami Indonesia mencatat tanggal 28 Juni 1859 terjadi gempabumi kuat di Laut Maluku dengan skala intesitas (MMI) IX dan menyebabkan tsunami di Teluk Sidangoli dengan ketinggian 10 meter. Laut Maluku memiliki pengaruh yang signifikan terhadap potensi terjadinya bencana tsunami di sekitar wilayah Halmahera termasuk Jailolo Selatan. Melihat adanya potensi bencana tsunami yang besar di wilayah Jailolo Selatan, maka perlu dilakukan strategi perencanaan mitigasi bencana tsunami yakni dengan pemodelan bahaya tsunami. Pemodelan bahaya tsunami dilakukan untuk mengetahui nilai amplitudo maksimum (Run-up) gelombang tsunami dengan menggunakan perhitungan numerik dari sofware Cornell Multi-Grid Coupled Tsunami Model (COMCOT) versi 1.7, nilai jarak maksimum yang dapat ditembus oleh air pasang ke daratan pada pantai yang datar (inundasi), dan nilai sudut kemiringan lereng (slope) dari pengukuran fotogrametri udara Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Hasil Pemetaaan bahaya tsunami menghasilkan nilai amplitudo maksimum (Run-up) setinggi 4 meter dan wilayah yang terdampak akibat gelombang tsunami berjarak (inundasi) sekitar 310 meter dari garis pantai. Nilai rata-rata sudut kemiringan lereng (slope) di pesisir Jailolo Selatan adalah 22,90 dan termasuk lereng curam. Dan slope tipe curam cenderung menyebabkan peningkatan tinggi gelombang saat tsunami mendekati pantai, sehingga gelombang dapat menjadi lebih tinggi.

Keywords