Gema Teologika (Apr 2024)
Sebuah Tinjauan Pastoral-Psikologis terhadap Anak Perempuan Penenun Ulos di Kabupaten Tapanuli
Abstract
Abstract This article presents the dilemma of girls working as ulos weavers in North Tapanuli Regency. By using cultural, socio-economic, and pastoral psychology analysis, it is found that: ulos weaving is a gender-based work because it is specifically done by women; parents let their children work as ulos weavers to meet the family’s needs; forms of conformity in adolescence in Batak society are influenced by patrilineal culture. Based on these findings, a theological-psychological pastoral approach is offered which aims to free children from injustice and violence by building democratic relational relations within the family. Family counseling with the family system theory method is considered useful in helping dysfunctional families as a background of children working as weavers. The method used in this article is a qualitative research method based on working methods of literature and verbatim research as field data collection tools. Abstrak Artikel ini menyajikan fenomena dilematik anak perempuan bertenun ulos di Kabupaten Tapanuli Utara. Dengan menggunakan analisis budaya, sosial ekonomi, dan pastoral psikologi ditemukan bahwa: bertenun ulos adalah pekerjaan berbasis gender karena khusus dilakukan oleh kaum perempuan; orang tua yang membiarkan anak bertenun untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga; bentuk konformitas pada usia remaja dalam masyarakat Batak dipengaruhi oleh budaya patrilineal. Berdasarkan temuan tersebut maka ditawarkan respons berbasis pastoral teologis-psikologis yang bertujuan membebaskan anak dari ketidakadilan dan kekerasan, yaitu dengan membangun hubungan relasional demokratis di dalam keluarga. Konseling keluarga dengan metode Teori Sistem Keluarga dianggap mampu untuk menolong keluarga yang difungsional sebagai latar belakang anak bekerja bertenun. Metode yang digunakan pada artikel ini adalah metode penelitian kualitatif berdasarkan metode kerja studi pustaka dan verbatim sebagai alat pengumpul data lapangan.
Keywords