Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies (Dec 2015)
Pluralism in the perspective of Semitic religions
Abstract
This article explores the concepts of religious pluralism in the perspective of Semitic religions: Judaism, Christianity, and Islam. As Semitic religions, the three actually share some teaching similarities in the field of theology. But, in so a long history development, it turns out that there are some differences in their theological teachings. The power history and politics factors have also influenced the relation between the followers of the Semitic religions. There- fore, it is important to explore deeply the concepts of pluralism in the three religions and also the development of the thoughts about the religious plural- ism among the philosophers and theologians in each of the religion. This is due to the fact that in this present context, all religions in this globe face similar problems dealing with the pluralism where one of the indicators is the occurrence of radicalism even terrorism cases involving the followers of each religion. The triggering factor is that the followers of each religion are not ready to live in diversity. It is due to the high amount of socio-religion-nu- anced radicalism cases that a number of thinkers from the three religions have been trying to reformulate the meanings of pluralism in the present context with the target to have some active involvements among the followers of the Semitic religions to solve the plurality problem. At present there is some awareness among the thinkers that each group of religion should not have some thoughts that they are the best, and it is only they that possess the heaven. Such a claim is growing from a group’s subjectivity. If this happens, it means that there is a threat to any efforts in implanting the values of pluralism. Artikel ini membahas konsep pluralisme keagamaan dalam perspektif agama- agama semitik, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam. Sebagai agama semitik atau agama samawi, tiga agama tersebut sebenarnya memiliki kesamaan ajaran di bidang teologi. Tetapi dalam perkembangan sejarah yang begitu panjang ternyata ada beberapa ajaran teologi yang berbeda. Faktor sejarah dan politik kekuasaan juga berpengaruh terhadap hubungan pemeluk tiga agama wahyu tersebut. Karena itu penting ditelaah secara mendalam konsep pluralisme tiga agama tersebut. Juga penting dibahas perkembangan pemikiran tentang pluralisme keagamaan di kalangan filsuf dan teolog dari masing-masing agama. Sebab, dalam konteks kekinian semua agama di dunia ini menghadapi problem yang sama berkaitan dengan pluralisme. Diantara indikatornya, masih sering terjadi kasus radikalisme, bahkan terorisme, yang melibatkan pemeluk masing-masing agama. Jika dlacak faktor pemicunya adalah ketidaksiapan pemeluk masing- masing agama untuk hidup dalam kemajemukan. Seiring dengan banyaknya kasus radikalisme sosial bernuansa agama itulah sejumlah pemikir dari tiga agama semitik tersebut telah berupaya untuk merumuskan kembali makna pluralisme dalam konteks kekinian. Targetnya adalah adanya keterlibatan yang aktif antarpemeluk agama semitik untuk mengatasi problem pluralitas. Kini ada kesadaran di kalangan pemikir agama-agama semitik bahwa setiap kelompok tidak dibenarkan merasa paling unggul dan menganggap kelompok lain tidak berarti. Juga tidak dibenarkan ada klaim kebenaran bahwa surga hanya milik kelompok tertentu. Klaim tersebut jelas tumbuh dari subjektifitas kelompok. Jika itu terjadi berarti ancaman terhadap usaha untuk membumikan nilai- nilai pluralisme.