Patanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya (Mar 2016)

H.M. ARIEF MAHYA: ULAMA, PEJUANG, DAN TOKOH PENDIDIKAN LAMPUNG (1926-Sekarang)

  • Iim Imadudin

DOI
https://doi.org/10.30959/patanjala.v8i1.58
Journal volume & issue
Vol. 8, no. 1
pp. 53 – 68

Abstract

Read online

Abstrak Penelitian ini bertujuan mengungkap kiprah dan pemikiran dari salah seorang ulama terkemuka yang berasal dari Lampung, yaitu H.M. Arief Mahya. Ulama Lampung kelahiran Gedungasin Liwa 6 Juni 1926 ini adalah saksi dari peralihan kolonialisme ke zaman revolusi kemerdekaan, terus berlanjut ke masa pembangunan dan reformasi. Penelitian ini mempergunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitianmemperlihatkan bahwa H.M. Arief Mahya bukan hanya ulama yang mengembangkan dakwah di kalangan umat, namun juga pendidik yang telah melahirkan generasiLampung berikutnya. Selain itu, ia turut berjuang dalam upaya mempertahankan kemerdekaan. Ia pernah menjadi pimpinan Hizbullah melawan kolonialisme yang hendak merebut kemerdekaan. Selain berjuang secara fisik, ia juga mencurahkan pemikiran melalui media publik, seperti surat kabar. Ciri pokok dari tokoh Lampung ini adalah konsistensinya untuk terus berjuang di jalan yang diyakininya. Betapapun dunia sudah berubah dan terjadi krisis nilai, ia terus istiqomah melanjutkan kiprahnya mendidik umat. Abstract This study aims to reveal the gait and the thought of one of the leading scholars from Lampung, namely KH M. Arief Mahya. Theologian Lampung who was born at Gedungasin Liwa on June 6, 1926 is the witness of the transition era of colonialism to independence revolution and continues to the development and reformation era. This study uses historical method consists of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The results showed that KH M. Arief Mahya was not only a scholar who developed the message among the people, but also an educator who had bridged to the next generation of Lampung. In addition, he participated in the effort tomaintain the independence struggle. He was once the leader of Hizbullah against colonialism who want to snatch the independence. Besides physically struggling, he also devoted ideas through public media, such as newspapers. The main characteristic of this Lampung figure was the consistency to keep fighting in the way he believed. No matter how the world has changed and there was a crisis of value, he persistently continued to educate people.

Keywords