Health Science Journal of Indonesia (Jul 2016)

Knowledge, attitudes and practice of pharmacovigilance among health care professionals in Indonesia

  • Grace Wangge,
  • Wafridha Akbar

DOI
https://doi.org/10.22435/hsji.v7i1.5285.59-63
Journal volume & issue
Vol. 7, no. 1
pp. 59 – 63

Abstract

Read online

Abstrak Latar belakang: Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) mendefinisikan Farmakovigilansi(PV) sebagai ilmu dan kegiatan yang berhubungan dengan deteksi, evaluasi, analisa dan pencegahan terjadinya efek samping yang berhubungan dengan obat. Tujuan PV adalah untuk meningkatkan pelayanan dan keamanan pasien yang mendapatkan obat. Indonesia telah bergabung bersama gerakan pengawasan obat internasional yang digagas WHO sejak tahun 1970, namun pelaksanaan kegiatan ini masih sangat minim. Peran serta tenaga kesehatan pada kegiatan ini juga masih sangat rendah. Survei ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku tenaga kesehatan (NAKES) di Indonesia terhadap PV. Metode: Penelitian ini adalah survei menggunakan kuesioner yang disebarkan secara tertulis dalam seminar kesehatan dan menggunakan media daring. Kuesioner terdiri dari 6 pertanyaan/pernyataan mengenai pengetahuan, 6 pernyataan mengenai sikap, dan apakah NAKES yang menjumpai efek samping telah menangani dan melaporkan efek samping tersebut dengan baik. Jika responden menjawab benar 80 % dari total pertanyaan pada bagian pengetahuan dan sikap, mereka digolongkan sebagai berpengetahuan atau bersikap baik. Hasil: Kami menganalisis 109 dari 118 kuesioner yang dibagikan. Sebagian besar responden adalah perempuan (82,6%), dokter (91,7%), dan bekerja di level pelayanan primer. Pengetahuan yang baik tentang PV ditemukan pada 25,7% responden, sementara sikap terhadap PV yang baik 20% responden. Hanya 4 (3,%) dari total responden dapat dikategorikan sebagai pelaku PV yang baik. Kami tidak menemukan hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan, sikap dan faktor lain dengan praktik PV yang buruk di antara HCP di Indonesia. Kesimpulan: Pengetahuan, sikap dan perilaku tenaga kesehatan di Indonesia tentang PV masih rendah. Diperlukan sosialisasi berkelanjutan mengenai PV bagi para tenaga kesehatan di berbagai level. Kata kunci: farmakovigilansi, tenaga kesehatan, keselamatan pasien. Abstract Background: World Health Organization (WHO) defines pharmacovigilance (PV) as a science and activities related to detection, assessment, understanding and prevention of adverse effect or any other drug related problem. It aims to enhance patient care and patient safety in drug use. Although Indonesia has joined WHO international drug safety monitoring program since 1970s, the implementation is not applied effectively especially in developing country and there are poor contribution of health care professionals (HCPs) as an agent of the program. In this study, we assessed current knowledge, activities and practice of PV among HCPs in Indonesia. Methods: This is a preliminary survey using a questionnaire distributed among HCPs through health seminar and internet. The questionnaire consists of statement/question about knowledge(6), activities(6) and whether HCPs who encounter ADRs handle and report it correctly. If the respondents gave 80 % suitable answers in the knowledge or attitude sections, they were categorized as having “good” knowledge or attitude. We analyzed whether knowledge, attitude and other characteristic had any influence on the respodents PV practice. Results: We included 109 questionnaires from 118 distributed questionnaires. Most of the respondents were females (90 respondents, 82.6%), medical doctors (100 respondents, 91.7%), and were working in primary health care level. Good knowledge was found in 28 (25.7 %) of respondents, while good attitude towards PV were found in less than 20 % (18) of the respondents. Only 4 (3.7 %) of total respondents did a good pharmacovigilance practice. We found no significant association between level of knowledge, attitude and other factors to the poor pratice of PV. Conclusion: The knowledge, activities and practices of pharmacovigilance among HCPs in Indonesia were poor and requires a continuous socialization among HCPs in different level of care. Key Words: pharmacovigilance, health care professionals, patient safety

Keywords