An-Nahdah Al-'Arabiyah (Feb 2023)

LITERASI MANUSKRIP TASAWUF

  • Nurdin AR

DOI
https://doi.org/10.22373/nahdah.v3i1.2331
Journal volume & issue
Vol. 3, no. 1
pp. 59 – 77

Abstract

Read online

Tasawuf telah diajari dan dipelajari di nusantara sejak akhir abad 16. Literasi Tasawuf yang diajarkan serta diwarisi oleh tokoh-tokoh intelektual ulama nusantara dengan berbagai hasil karya-karya yang ditinggalkan mereka. Berdasarkan definisi literasi, kata tasawuf masih menjadi perbedaan pendapat di kalang ilmuan atau ulama, walaupun tujuan dari tasawuf itu sama yaitu mendekat diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Peninggalan jejak keilmuan khususnya bidang taswauf di nusantara dalam bentuk karya-karya ulama pada masa dahulu dapat dilihat dalam bentuk manuskrip. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kerajaan Islam pertama di nusantara yang berada di Aceh, menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan politik sehingga muncul para ulama-ulama yang mendalami ilmu tasawuf. Di antara ulama Aceh yang termasyhur di bidang ilmu tasawuf dengan hasil karya-karya mereka yang masih dipelajari hingga saat ini adalah: Hamzah Fansuri, Syamsuddin As Sumatraniy, Nuruddin Ar-Raniri, dan Abdurrauf As Singkiliy. Ulama-ulama tersebut adalah ulama yang termasyhur khususnya di bidang tasawuf dengan warisan keilmuan mereka dapat kita pelajari dari manuskrip yang ditinggalkan dan masih diwarisi untuk dipelajari sebagian dari karya mereka oleh para santri di pondok pesantren tradisional khususnya di daerah Aceh.

Keywords