Sari Pediatri (Dec 2016)
Diagnosis dan Tata Laksana Sifilis Kongenital
Abstract
Seorang bayi perempuan yang menderita sebagai sifilis kongenital dilahirkan oleh ibu dengan diagnosis sifilis stadium II yang tidak mendapat pengobatan. Pada umumnya didapatkan hepatosplenomegali, ikterus, kelainan kulit, pseudoparalisis, anemia, trombositopenia maupun monositosis, pada pemeriksaan fisik maupun laboratorium namun, manifestasi klinis tersebut tidak ditemukan pada kasus ini. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa 50% bayi dengan sifilis kongenital asimtomatik. Pemeriksaan mikroskopik lapangan pandang gelap tidak dilakukan karena tidak didapatkan bahan pada bayi berupa sekret hidung maupun serum dari lesi kulit. Pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran radio luser di metafisis tulang femur kanan dan kiri disertai penebalan korteks, penebalan korteks juga tampak di humerus kanan; kelainan ini sesuai dengan sifilis kongenital. Pasien ini diobati dengan penisilin prokain 75 000 U/kali intra muskular satu kali sehari selama sepuluh hari. Pemantauan secara klinis dan pemeriksaan serologis perlu dilakukan secara berkala. Pada usia 51 hari, tidak didapatkan kelainan. Keadaan umum baik, didapatkan kenaikan berat badan 27 gram/ hari, dan penambahan tinggi badan 8 sentimeter dalam 51 hari. Pemantauan selanjutnya yang diperlukan adalah pemeriksaan klinis setiap bulan sampai bulan ke-3, kemudian bulan ke-6 dan ke-12 sesudah pengobatan dan pemantauan serologi VDRL direncanakan pada bulan ke-3 dan ke-6 untuk menilai keberhasilan terapi yang diberikan. Dengan terapi yang adekuat diharapkan komplikasi sifilis kongenital dini dan lanjut tidak terjadi.
Keywords