Jurnal Akuakultur Indonesia (Aug 2022)

Hormonal induction of gonad maturation in female tinfoil barb fish (Barbonymus schwanenfeldii) using spawnprim hormone

  • Amalia Sutriana,
  • Ahmad Baihaqi,
  • Iwan Hasri,
  • Nurliana,
  • Hafizuddin Hafizuddin

DOI
https://doi.org/10.19027/jai.21.2.118-124
Journal volume & issue
Vol. 21, no. 2
pp. 118 – 124

Abstract

Read online

The aim of this study was to analyze the effect of spawnprim hormone induction with different doses on gonadal maturity of tinfoil barb fish broodstock (Barbonymus schwanenfeldii). A completely randomized design (CRD) was used in this study with 4 treatments and 3 replications. Fish broodstock in group A (control) was not given any treatment, while fish broodstocks in groups B, C, and D were injected with spawnprim hormone at doses of 0.3 ml/kg body weight, 0.6 ml/kg body weight, and 0.9 ml/kg body weight, respectively. The measured parameters were gonad maturity level, broodstock weight gain, egg diameter, and fecundity. Data were analyzed using one way analysis of variance (ANOVA). The result showed that the gonad maturity level (GML) in groups B, C, and D (GML III and IV) was better than group A (GML I). Statistical analysis showed that the induction of spawnprim hormone on tinfoil barb broodstocks significantly affect (P<0.05) broodstock weight gain, egg diameter, and fecundity. The optimal dose of spawnprim hormone for tinfoil barb was 0.6 ml/kg body weight, with the average broodstock weight gain, egg diameter, and fecundity were 0.011 kg, 1.55 mm, and 102.15 eggs, respectively. The induction of spawnprim hormone has a positive effect on gonad maturation of tinfoil barb fish (B. schwanenfeldii), with the optimum dose is 0.6 ml/kg fish Keywords: gonad maturity, tinfoil barb fish, spawnprim ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan hormon spawnprim dengan dosis yang berbeda terhadap kematangan gonad induk ikan lemeduk Barbonymus schwanenfeldii. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 kelompok perlakuan dan 3 kali pengulangan. Ikan pada kelompok A (kontrol) tidak diberikan perlakuan, sedangkan ikan pada kelompok B, C, dan D masing-masing diinjeksi hormon spawnprim dengan dosis 0.3 ml/kg bobot badan; 0.6 ml/kg bobot badan; dan 0,9 ml/kg bobot badan. Parameter yang diamati adalah persentase induk matang gonad akhir, pertambahan bobot induk, pertambahan diameter telur, dan fekunditas. Data dianalisis dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) pola satu arah. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kematangan gonad (TKG) pada kelompok perlakuan B, C, dan D (TKG III dan IV) lebih baik dari kelompok A (TKG I). Hasil uji ANAVA menunjukkan bahwa pemberian hormon spawnprim pada induk ikan lemeduk berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap pertambahan bobot induk, pertambahan diameter telur, dan fekunditas. Tingkat kematangan gonad terbaik pada penelitian ini diperoleh pada kelompok perlakuan C yang diinduksi hormon spawnprim dengan dosis 0.6 ml/kg bobot badan induk ikan dengan rata - rata pertambahan bobot induk, pertambahan diameter telur, dan fekunditas masing-masing adalah 0.011 kg, 1.55 mm, dan 102.15 butir telur. Induksi hormon spawnprim menimbulkan pengaruh yang positif terhadap pertambahan bobot induk, diameter telur dan fekunditas ikan lemeduk (B. schwanenfeldii), dengan dosis optimum 0.6 ml/kg bobot badan. Kata kunci: kematangan gonad, ikan lemeduk, spawnprim