Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis (Dec 2021)

Feminisasi Kemiskinan dan Daya Lenting Ibu Rumah Tangga di Kota Surabaya

  • Azizah Alie,
  • Yelly Elanda

DOI
https://doi.org/10.17977/um021v6i2p198-215
Journal volume & issue
Vol. 6, no. 2
pp. 198 – 215

Abstract

Read online

Artikel ini membahas kemiskinan struktural pada wanita di kota Surabaya sebab tidak membagikan peluang yang serupa untuk wanita buat memperoleh akses pangkal energi. Ibu rumah tangga pada keluarga miskin seakan terencana dimiskinkan tetapi mereka memiliki energi lenting yang dapat membuat keluarganya bertahan di tengah situasi yang serba kekurangan. Riset ini memakai metode kualitatif dengan pendekatan naratif buat mendefinisikan cara pemiskinan ibu rumah tangga pada keluarga miskin di kota Surabaya serta untuk mengambarkan daya lenting ibu rumah tangga pada keluarga miskin supaya mereka sanggup bertahan hidup. Hasil riset ini membuktikan kalau bunda rumah tangga pada keluarga miskin kota Surabaya hadapi feminisasi kekurangan. Bunda rumah tangga keluarga miskin mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang terbatas. Mereka tidak diberi peluang buat mengakses pangkal energi di luar yang bisa tingkatkan kapasitasnya. Mereka hadapi bobot dobel dimana mereka tidak bisa meninggalkan profesi domestiknya. Guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya serta menghadapi situasi yang krisis, ibu rumah tangga pada keluarga miskin memiliki daya lenting antara lain merupakan berdagang di depan rumahnya, menghemat pengeluaran, menjual atau menggadaikan benda, mengikuti arisan, serta meminjam uang pada orang sebelah atau kerabat atau perbankan. This study discusses structural poverty among women in the city of Surabaya because it does not provide equal opportunities for women to get access to resources. Housewives in poor families seem to be deliberately impoverished but they have resilience that can make their families survive in the midst of deprived conditions. This study uses a qualitative method with a narrative approach to describe the process of impoverishment of housewives in poor families in the city of Surabaya and to describe the resilience of housewives to poor families so that they are able to survive. The results of this study indicate that housewives in poor families in the city of Surabaya experience the feminization of poverty. Housewives of poor families have low human resources. They are not given the opportunity to access outside resources that can increase their capacity. They experience a double burden where they are not allowed to leave their domestic work. To meet the needs of their families and face a crisis situation, housewives in poor families have resilience, including selling in front of their homes, saving expenses, selling/pawning goods, participating in social gatherings, and borrowing money from neighbors/relatives/banks

Keywords