Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem (Mar 2020)

KOMPARASI TIGA MODEL INFILTRASI PADA LAHAN PERTANIAN DAN AGROFORESTRI DI DAS MERAWU – BANJARNEGARA

  • Ngadisih Ngadisih,
  • Hatma Suryatmojo,
  • M. Chrisna Satriagasa,
  • Maya Annisa,
  • Cahyo Kumolo

DOI
https://doi.org/10.29303/jrpb.v8i1.157
Journal volume & issue
Vol. 8, no. 1
pp. 20 – 32

Abstract

Read online

Daerah Aliran Sungai (DAS) Merawu di Banjarnegara terancam kelestarian lingkungannya karena erosi dan longsor. Tanah di DAS ini merupakan tanah vulkanik yang tebal dan subur. Ancaman erosi dan longsor muncul karena tanah berada pada lahan miring, intensitas hujan tinggi, dan penutupan lahan yang rendah. Erosi dan longsor sangat berkaitan dengan proses masuknya air ke dalam tanah (infiltrasi). Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan tiga model infiltrasi (Horton, Philip, Kostiakov) dalam memprediksi kecepatan proses masuknya air ke dalam tanah pada dua penggunaan lahan yang berbeda di DAS Merawu. Sampel tanah dan pengukuran laju infiltrasi dilakukan pada demplot: i) lahan pertanian dan ii) agrofotesri dengan masing-masing luas 0,1 Ha. Titik pengambilan sampel tanah dan pengukuran infiltrasi ditetapkan berdasarkan metode purposive sampling yang mewakili lereng bagian atas, tengah dan bawah, masing-masing sejumlah 3 titik, sehingga total ada 18 titik sampel. Pengukuran laju infiltrasi dilakukan dengan menggunakan alat Double Ring Infiltrometer. Evaluasi model menggunakan parameter statistik MAE, Bias, dan RMSE. Penelitian ini menunjukkan bahwa tanah pada demplot pertanian dan agroforestri adalah jenis Latosol dengan kelas tekstur Sandy Loam, struktur granuler, berat jenis 1,74 – 1,92 g.cm-3, berat volume 0,48 – 0,60 g.cm-3, porositas 69 – 72%, dan kandungan bahan organik 3,6-7,5%. Laju infiltrasi pada lahan pertanian dengan model Horton, Phillip, dan Kostiakov secara berturut-turut, yaitu 340 mm.jam-1, 385 mm.jam-1 dan 390 mm.jam-1. Sedangkan pada agroforestri, dengan urutan yang sama: 254 mm.jam-1, 337 mm.jam-1, dan 435 mm.jam-1. Berdasarkan nilai MAE dan RMSE, model infiltrasi Horton lebih baik dalam memprediksi laju infiltrasi pada lahan pertanian dan agroforestri.

Keywords