Ruang-Space: Jurnal Lingkungan Binaan (Apr 2020)
Strategi Penataan Kawasan Pemukiman Kumuh dengan Penerapan Kampung Warna di Bantaran Krueng Dhoe
Abstract
Krueng Aceh is the biggest river that divides Banda Aceh. Krueng Aceh has been contributed to the development of the city. Like many other rivers in Indonesia, the growth of illegal settlements along the riverbank has also been grown rapidly and been contributed to the slum condition in Banda Aceh. Settlements along the banks of Krueng Dhoe, Kerinci Hamlet, Seutui, Banda Aceh are included in the slum category. Therefore the “Kampung Warna” program can be a solution for managing the face of the Krueng Dhoe settlement. This activity uses the Quadruple Helix collaboration concept or known as ABCG elements (Academic, Business, Community and Government), namely Higher Education Institutions in Banda Aceh, the community, PKK Aceh Mobilization Team, Banda Aceh and Gampong City, Banda Aceh City Government, and KOTAKU (City Without Slums). This study aims to investigate the impact of environmental improvement on the quality of life of the community. It is expected that with this program, the impression of slums on the banks of Krueng Dhoe can be changed to become more beautiful, neat, and clean so that this location can become a tourist attraction that can generate income for the local community. This study utilized a qualitative approach with descriptive analysis. In this case, the method is more technical. Data collection techniques used are observation, interviews, and documents. Changes in the environment are becoming a more beautiful, neat, and organized community spirit to maintain the cleanliness of the house, the environment, and the river. The mutual self-help developed during the process of gampong’s improvement has been spread around and copied by the nearby neighborhoods. Keywords: slum; Krueng Dhoe riverbank; colorfully painted village Abstrak Krueng Aceh adalah sungai terbesar yang membelah Kota Banda Aceh. Krueng Aceh ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi tumbuh dan berkembangnya Kota Banda Aceh. Sebagaimana kondisi sungai di wilayah Indonesia, Krueng Aceh tidak luput dari tumbuhnya permukiman illegal di sepanjang bantarannya yang cenderung berkontribusi terhadap kekumuhan Kota Banda Aceh. Kampung warna dapat menjadi solusi untuk menata wajah permukiman Krueng Dhoe. Kegiatan ini menggunakan konsep kolaborasi Quadruple Helix atau yang dikenal dengan unsur ABCG (Academic, Business, Community dan Government) yaitu Institusi Perguruan Tinggi di Banda Aceh, masyarakat, Tim Penggerak PKK Aceh, Kota Banda Aceh maupun Gampong, Pemerintah Kota Banda Aceh, serta KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh). Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui sejauhmana pengaruh perubahan lingkungan permukiman di sepanjang sungai menjadi gampong warna-warni terhadap kualitas hidup masyarakat yang tinggal disana. Diharapkan dengan adanya program ini kesan kumuh di bantaran Krueng Dhoe dapat berubah menjadi lebih indah, rapi, dan bersih sehingga lokasi ini bisa menjadi objek wisata yang nantinya dapat mempengaruhi pendapatan masyarakat setempat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pemaparan data secara deskriptif. Dalam hal ini metode lebih bersifat teknis pelaksanaan lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumen. Perubahan Lingkungan yang menjadi lebih indah, rapi dan tertata memicu semangat masyarakat untuk menjaga kebersihan rumah, lingkungan dan sungainya. Perubahan lingkungan dengan cara gotong-royong juga memotivasi masyarakat di gampong lain untuk mempercantik gampong mereka. Kata Kunci: kawasan kumuh; bantaran Krueng Dhoe; gampong warna-warni