Buletin Al-Turas (Jul 2015)
Usaha Mochammad Natsir di Bidang Pendidikan dalam Memajukan Ummat Islam Indonesia 1950-1960
Abstract
Abstrak Artikel ini dimaksudkan sebagai usaha merekonstruksi sejarah pemikiran dari seorang sosok politikus terkenal yang lembut, tegas, dan islami, yakni Mochammad Natsir. Pemikirannya tentang pendidikan adalah sebagai perjuangannya dalam memperhatikan nasib rakyat Indonesia, terutama ummat Islam. Tulisan ini hanya menyoroti Pemikiran Mochammad Natsir tentang pendidikan, pemikirannya ini selain lewat dakwah, berpolitik, juga lewat tulisan-tulisan baik berupa buku, atau pemberitaan-pemberitaan dan artikel-artikel dalam surat kabar, terutama harian Abadi, yaitu surat kabar harian milik Partai Islam Masyumi. Dengan menganalisa artikel dan pemberitaan yang terdapat dalam surat kabar harian Abadi milik Partai Masyumi antara tahun 1950-1960 tentang konsep pendididkan Islam dari Mochammad Natsir. Sebagai pemimpin politik Islam, Mochammad Natsir secara maksimal telah memberikan seluruh tenaga dan pikirannya demi kepentingan ummat Islam di Indonesia dan seluruh bangsa Indonesia. Mochammad Natsir, menggagas konsep dakwah Islam bukan sekedar menyampaikan ajaran Islam, tetapi amar ma’ruf nahi munkar yang di dalamnya mengandung tiga unsur utama yaitu amal perbuatan lisan, aktualisasi ajaran Islam dengan karya nyata, dan kepribadian yang terpuji sebagai sokogurunya. --- Abstract This study aims to reconstruct the history of thought of a well-known, gentle, decisive, and islamic politician figure, Mochammad Natsir. His thoughts on Islamic education is his struggle to pay attention to the fate of Indonesian people, especially Muslims. This study highlights Mochammad Natsir’s thought on education through da’wah (the preaching of Islam), his political enggagement, and his writings in the form of books, news, as well as articles in newspapers, especially daily newspaper owned by Partai Islam Masyumi (Islamic Party Masyumi) between 1950-1960. As Islamic political figure, Mochammad Natsir has optimally contributed his energy and thought to the Muslim community in Indonesia especially, and Indonesian people generally. Mochammad Natsir thinks that Islamic preaching is not merely delivering Islamic teachings, but also amar ma’ruf nahi munkar which consists of three primary elements, namely verbal deeds, the actualization of the Islamic teachings with the real work, and commendable personality as the pillar. According to him, Muslim has to be free from poverty, suffer, ignorance, illiterate, blind heart, and oppresion. Therefore, they have to refer to the Koran and hadith in social life.
Keywords