Sari Pediatri (Dec 2016)

Penggunaan Antibiotik pada Terapi Demam Tifoid Anak di RSAB Harapan Kita

  • Amar W Adisasmito

DOI
https://doi.org/10.14238/sp8.3.2006.174-80
Journal volume & issue
Vol. 8, no. 3
pp. 174 – 80

Abstract

Read online

Latar belakang. Insidens demam tifoid di Indonesia cukup tinggi (>100 kasus per 100.000 populasi per tahun). Insidens pada anak usia 3-6 tahun adalah 1307 per 100.000 populasi per tahun, dan 1172 pada usia 7-19 tahun. Chloramphenicol sampai saat ini masih merupakan obat pilihan lini pertama untuk terapi demam tifoid pada anak. Antibiotik lain yang dipergunakan untuk terapi demam tifoid anak adalah cotrimoxazole, cefixime dan ceftriaxone. Tujuan penelitian. Untuk mengevaluasi aspek pemberian antibiotik berdasar berbagai situasi klinis pada terapi demam tifoid anak di ruang Rawat Inap Anak, Departemen Anak, RSAB Harapan Kita, Jakarta. Metoda. Penelitian dengan desain deskriptif-retrospektif telah dilakukan di Departemen Anak, RSAB Harapan Kita, Jakarta dari 1 Januari hingga 31 Desember 2004 Kriteria inklusi adalah pasien berusia antara 1 bulan sampai 18 tahun, gejala klinis sesuai demam tifoid, dan diagnosis pasti berdasar hasil biakan darah dengan metoda Bac-tect, positif Salmonella typhi. Data diperoleh dari rekapan laboratorium Mikrobiologi dan rekam medik pasien. Korelasi antara ketepatan dosis antibiotik dan lama rawat atau length of stay (LOS) dievaluasi menggunakan program Excell. Hasil. Sebanyak 31 pasien memenuhi kriteria inklusi. Dari 31 pasien yang diteliti ditemukan bahwa pasien demam tifoid terbanyak adalah usia 6-10 tahun, diikuti usia 1 – 5 tahun. Sensitifitas dan spesifisitas uji Widal terhadap uji Bac-tect rendah atau tidak memadai, sehingga uji Widal disini tampaknya bukanlah uji yang baik dalam menegakkan diagnosis demam tifoid. Komplikasi terjadi pada 7 dari 31 pasien, terdiri dari pneumonia dan perdarahan saluran cerna. Ditemukan seluruhnya 1 kasus relaps dari 31 pasien. Tampaknya tidak ada perbedaan yang nyata antara rata-rata lama rawat dan ketepatan dosis antibiotik yang diberikan. Kesimpulan. Antibiotik terbanyak yang dipakai adalah golongan chloramphenicol dan ceftriaxone intravena. Tidak ada hubungan yang nyata antara pemberian antibiotik dengan dosis kurang terhadap lama rawat pasien, tetapi tentunya masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhinya.

Keywords