Sari Pediatri (Dec 2022)

Dampak COVID-19 pada Anak dengan Epilepsi: Perspektif Orangtua dan Pengasuh

  • Setyo Handryastuti,
  • Irawan Mangunatmadja,
  • Amanda Seobadi,
  • Asep Aulia Rachman,
  • Iqbal Taufiqqurrachman,
  • Achmad Rafli

DOI
https://doi.org/10.14238/sp24.4.2022.232-8
Journal volume & issue
Vol. 24, no. 4
pp. 232 – 8

Abstract

Read online

Latar belakang. Pandemi coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang disebabkan severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS CoV-2) telah memengaruhi pelayanan kesehatan. Hal ini dapat berdampak pada keterlambatan diagnosis dan terapi termasuk pelayanan kesehatan pada anak dengan epilepsi. Hal ini menimbulkan risiko anak dengan epilepsi tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal yang dapat menyebabkan kambuhnya kejang dan penurunan kualitas hidup anak dengan epilepsi. Tujuan. Untuk mengetahui dampak COVID-19 terhadap pelayanan kesehatan anak dengan epilepsi dari perspektif orangtua atau pengasuh. Metode. Penelitian deskriptif dilakukan dengan metode potong lintang. Sampel diperoleh dengan metode survei wawancara langsung menggunakan kuesioner yang terdiri dari 23 pertanyaan pada bulan Februari-April 2022 kepada 252 orangtua/pengasuh yang berasal dari beberapa rumah sakit besar dan klinik di Jakarta. Hasil. Sebagian besar pasien tidak memiliki masalah perilaku (58,3%), tidak terdapat gangguan tidur (59,1%) serta tidak terdapat perubahan kepatuhan berobat (63,1%).Mayoritas pasien tidak pernah mendapat terapi diazepam rektal untuk mengatasi kekambuhan kejang (61,9%) selama pandemi. Masalah terbesar bagi orang tua dan pengasuh adalah rasa takut mengunjungi rumah sakit (27,4%%) dan lebih memilih untuk berkonsultasi secara langsung (86,9%) dibandingkan telekonsultasi atau tidak kontrol. Manfaat telekonsultasi bervariasi, antara lain, penurunan kebutuhan pergi keluar rumah (24,7%), hemat waktu (28,6%), dan menurunkan biaya transportasi (28,6%). Terdapat beberapa kekurangan telekonsultasi, yaitu miskomunikasi antara dokter dan pasien (39,4%). Kualitas pelayanan poliklinik neurologi masih cukup baik (68,3%), dengan pelayanan elektroensefalografi dan perawatan rehabilitasi selama pandemi masih berjalan seperti biasa (96% dan 46%). Sekitar 45,2% orang tua dan pengasuh setuju bahwa anak perlu divaksinasi, meskipun baru 22,2% dari seluruh subyek telah memperoleh vaksinasi. Kesimpulan. Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada manusia, melainkan juga pada sistem pelayanan kesehatan khususnya anak dengan epilepsi. Oleh karena itu, modifikasi pelayanan kesehatan selama pandemi COVID-19 merupakan kunci untuk mempertahankan kualitas pelayanan anak dengan epilepsi seperti, telekonsultasi.

Keywords